Wilayah Anjir Kalsel-Kalteng Persiapan Panen Raya

    BANJARMASIN – Wilayah Anjir Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan hingga wilayah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah sedang persiapan panen raya padi.
    Menurut salah seorang Petani di Anjir Kilometer 18 Tras Kalimantan Barito Kuala Muhammad (46), Selasa, diperkirakan pada bulan Agustus ini banyak petani yang melakukan panen padi di daerahnya, sebab tanaman padi sudah mulai matang.
    “Sebagian saat ini memang sudah ada yang panen, namun puncaknya besarnya kemungkinan pada Agustus nanti,” ujarnya, Selasa (21/7/2015).
    Menurut dia, panen padi tahun ini diyakini akan menuai bagus, sebab benih padi yang ditanam hingga tumbuh dewasa tetap subur, demikian pula saat ini butiran buah padi yang keluar juga kelihatan berisi.
    Menurut dia, terjadinya musim kemarau saat ini tidak begitu mempengaruhi lagi pertumbuhan padi yang sudah hampir dipanen.
    “Hampir 80 persen warga di daerah ini merupakan petani, jadi bisa dibayangkan berapa luasnya lahan sawah gambut yang digarap masyarakat,” ucapnya tanpa bisa menghitung.
    Hal yang sama juga diakui Adriansyah, warga Desa Anjir Sarapat, Kapuas, Kalteng, yang berperbatasan dengan Kalsel, bahwa panen padi tahun ini akan menghasilkan ribuan ton gabah kering dari daerahnya.
    “Saat ini yang warga waspadai agar keberhasilan panen yang sudah dekat ini ancaman musibah kebakaran hutan hingga ke lahan pertanian, sebab kemarau ini sangat menghawatirkan,” tuturnya.

    Menurut dia, lahan pertanian warga yang berdampingan semak belukar hutan gambut perlu diwaspadai adanya oknum pembakar lahan tidak bertanggungjawab yang bisa menggagalkan panen raya.
    “Ini sudah menjadi perhatian kita sebagai petani, harus juga menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk menjaga pembakaran hutan yang bisa menimbulkan bencana kerugian besar ini,” pintanya.
    Diungkapkan dia, untuk harga gabah kering padi lokal di daerahnya, yakni, jenis siam unus dan jenis siam karang dukung masih mengalami harga jual yang sangat tinggi, yakni, di atas Rp100 ribu perbeleknya (20 liter).
    “Sepertinya mahalnya harga gabah kering atau dua kali lipat dari tahun lalu ini tidak akan turun drastis, dan ini cukup menguntungkan bagi petani meski masyarakat pembeli juga sangat terbebani,” ujarnya. (ant/210715/beritasampit.com)