Menguak Praktik Ritual Pesugihan di Pamakaman Massal Tragedi Sampit Tahun 2001 Lalu

    SAMPIT-Menelusuri rekam jejak oknum pencari harta melalui jalan sesat di sebuah lokasi komplek pemakaman korban tragedi tahun 2001 silam. Tim investigasi beritasampit bertolak menuju lokasi pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 00.09 WIB.

    Informasi adanya praktek pesugihan dilokasi pemakaman ribuan korban itu membuat tim yang berisi lima jurnalis Kriminal ini penasaran seperti apa bentuk dan fakta dilapangan terkait hal itu.

    Udara dingin, setelah turun ujan sejak Kamis (25/5/2017) sore itu, Kami mendapat informasi dari dua orang perempuan bernama Siti Noraini dan Azijah. Kedua ibu rumah tangga ini sebelumnya menceritakan apa yang mereka temui dilapangan pada saat berjiarah di makam itu pada Selasa lalu.

    “Saya dan ipar saya berangkat pagi sekitat 10, awalnya saya tidak memperhatikan disekeliling komplek makam itu bahwa ada yang tidak pantas dipandang mata,” ujar wanita beranak dua, yang bersangkutan anak dari Alm H. Sabirin salah satu korban kerusuhan kala itu.

    Panjang lebar wanita sedikit tomboi berparas menawan meskipun di usianya yang sudah diatas 40 tahun ini menjelaskan, sesampainya disana sepeda motor Spacy warna merah yang di tunggangi keduanya berhenti tepat di depan lokasi makam itu berada.

    “Saking sedihnya saya tidak memperhatikan kalau ada yang aneh, lalu Azijah ngasih tau saya, Kak kok ada tungku Sate segala disini,” ujarnya menjelaskan sambil menirukan ucapan Azijah adik iparnya tersebut.

    Mendengar ucapan itu Siti mencoba mendekati empat benda yang menurutnya sangat tidak wajar berada di tempat pemakaman itu. “karena yang paling besar disitu tungku besi, lalu saya dekati, ternyata ada kertas putih dengan tulisan, lalu kipas terbuat dari bahan rotan, dan beberapa tusuk sate yang masih lengkap dengan dagingnya,” Lanjutnya.

    Sesaat kemudian Siti yang penasaran mulai mencari-cari apa sebenarnya yang terjadi di lokasi tersebut. Tidak jauh dari lima lima titik liang lahat yang terpasang disitu Siti kembali menemukan beberapa tusuk sate yang tergeletak di samping-samping liang lahat makam itu.

    “Tadinya saya sudah berpikir mungkin ada orang yang sedang melakukan ritual, ternyata benar, karena kertas yang saya temukan dengan Azijah itu ada tulisan Sate Gagak yang dijual dengan harga Rp. 990.900 per tusuknya, memang sudah agak luntur karena hujan beberapa hari ini,” timpalnya.

    Bersambung……

    (tim-Investigasi/beritasampit.co.id)