Kobar Harus Lebih Siap Menjadi “Swasembada” Tanaman Holtikutura Khususnya Bawang Merah

    Oleh : Maman Wiharja ***

    DULU BELUM SEMUSIM JAGUNG, H. Kamaludin, SH dilantik menjadi Kepala Dinas
    Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), dia sudah menyiapkan program penanaman kebun bawang merah, disejumlah desa.

    Setelah siap dengan programnya, mulailah dengan mengawali proses survey/pemeriksaan lahan untuk kebun, dan menyediakan berbagai persiapannya, termasuk berbagai pembinaan kepada sejumlah kelompok tani di desa Maka ditanamlah bibit bawang merah di Desa Purbasari dan Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan (Arsel) Kabupaten Kobar.

    Alhamdullilah, ternyata kebun bawang setelah ditanam dan rawat dengan baik, membuah kan hasil yang cukup lumayan. Berarti tanah di wilayah Kabupaten Kobar itu tidak kalah suburnya,dengan tanah di Kabupaten Lainnya, seprti di Jawa, tentunya kalau dikelola dengan baik.

    Keberhasilan ada dua desa, yang bisa membuktikan bahwa tanaman bawang merah, bisa tumbuh subur dan berhasil dipanen. Tentunya, cara pengelolaan, mulai dari persiapan lahan, pemupukan, pengaturan sirkulasi air dalam petak, dan perawatan sehari-hari, harus diperta hankan bahkan lebih ditingkatkan lagi.

    Pangamatan penulis, jangan sampai seperti dulu bahkan sampai sekarang ada tanaman padi di sejumlah desa, kalau sudah menguning, siap dipanen, baru mengundang Bupati dan Unsur Pimpinan Daerahnya untuk bersama-sama manen padi,yang dihias ‘spanduk besar’ dipinggir pematang sawah.

    Tapi ujung-ujungnya hanya sekali panen saja. Ladahal seharusnya, panennya nyambung setiap tahun, misal dua kali. Sekarang, baguslah kalau Kabupaten Kobar, digaungkan siap akan menuju “Swasembada” Tanaman Hotikutura, khususnya pengembangan kebun bawang merah. Tapi, harus lebih siap kalau akan dijadikan “Swasembada”.

    Jangan sampai seperti program tanaman padi,setahun yang muncul panen,hanya didesa tertentu hanya sekali saja. Seperti contoh,dulu Didesa Teluk Pulai Kecamatan Kumai,yang panen padinya dilakukan oleh Bupati Kobar dan sejumlah unsure muspida, ternyata panennya hanya satu kali saja.

    Pengamatan penulis,kenapa program pertanian di Kobar,sering mandeg ditengah jalan. Seperti dulu ada program Tanaman Karet, dan program tanaman Jagung,ada program tanaman padi, ada program peternakan, dan lain sebagainya. Ada awal tapi tidak ada akhir, dalam artian programnya tidak berlanjut, malah terbengkalai.

    Apa sebab program pemerintah sering mandeg (berhenti) ditengah jalan atau hanya jalan ‘ditempat’. Karena masyarakat petani,di Kabupaten Kobar jumalahnya sedikit . Sudah jumlahnya sedikit, juga pekerjaannya sering bercabang-cabang,misal kalau ada program baru dari pemerintah, mereka ikutan.

    Sementara mereka sedang menggarap pertanian lainnya,karena ada program baru,akhirnya pertanian yang digarpnya terbengkalai. Melihal fenomene tersebut, marilah kita resapi sebagai pengalaman pahit. Dan tentunya sekarang kita semua harus bangkit untuk meningkatkan pemba ngunan,di Kabupaten Kobar, yang lebih menyentuh kepada rakyat desa, dengan mendukung Visi dan Misi Bupati Kobar Hj. Nurhidayah dan Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah.

    Seperti disampaikan Bupati Hj. Nurhidayah saat blusukan kekebun bawang merah di Desa Kumpai Batu Atas, mengatakan siap mendukung para petani untuk mengembangkan tanaman pangan baik itu sayur-sayuran maupun buah-buahan.
    Karena pengembangan tanaman pangan/hortikultura kedepan di Kabupaten Kobar, sudah menjadi salah satu prioritas yang telah tertuang di salah satu misi/program kerjanya Pasangan “NURANI”. Semoga.

    (Penulis-Maman Wiharja, wartawan Beritasampit.co.id di Pangkalan Bun).