​Diduga Beras “Oplosan” Masih Banyak Beredar Dipasaran, Apa Sebab?

    PANGKALAN BUN – Beras ‘oplosan’ masih banyak berdear di Pasaran di Kabupaten Kobar. Pasalnya, komuditi salah satu bahan baku untuk makanan manusia (beras), khususnya di Kabupaten Kobar masih disuplai dari Jawa, sehingga harga beras pun semakin tinggi.

    Dengan semakin tingginya harga beras di pasaran, cenderung sejumlah pihak tertentu, khususnya grosir beras berbuat nakal mengoplos beras murah (kualitas rendah) dengan beras yang kualitas bagus, kedalam kemasan karung plastik yang diwarnai, gambar-gambar menarik.

    “Saya pernah membeli beras 20 Kg dalam karung plastik warna dan gambarnya cukup indah, ternyata setelah dirumah karung plastiknya dibuka, kelihatan berasnya tidak bersih, bahkan kelihatan sekali ada beras warna putih dan ada beras yang warnanya semu (tidak putih) ibarat minyak sayur dicampur air,” aku Sutomo, yang juga salah seorang ASN Pemkab Kobar, mengadu ke beritasampit.co.id, Rabu (2/8/2017).

    Praktik mengoplosan beras di Kabupaten Kobar, menurut sumber kepada beritasampit.co.id, pada umumnya beras dari Bulog.Bulog tidak bisa disalahkan, karena pihak Bulog mengirim beras Raskin ke Kecamatan atau Desa, sesuai daftar permintaan.

    “Nah, setelah beras raskin diterima masyarakat desa, terkadang banyak yang dijual karena kualitasnya kurang baik. Bahkan sudah tidak asing lagi kalau musim pengiriman beras Raskin, ada beberapa orang jadi pengepul masuk ke desa membeli beras Raskin. Yang ujung-ujungnya beras raskin itu, dimanfaatkan untuk oplosan beras,” ujar Sutomo.

    Banyaknya masyarakat yang terkecoh dengan kualitas beras, juga penyebabnya, karena semua beras yang dijual di Kabupaten Kobar dibungkus karung plastik. “Kalau di kota-kota lain di Jawa, banyak jenis beras yang dijual di pasar dicurah dibeberapa kotak kayu, agar masyarakat bisa melihat dan memilih serta mencium beras yang mau dibelinya. Kalau di Kabupaten Kobar, jarang beras yang akan dijual di kemudian dicurah,” beber Sutomo.

    (man/beritasampit.co.id)