​Pengusaha Rasakan Perekonomian Kotim Melambat

    SAMPIT – Dalam dua sampai tiga tahun belakangan ini, perekonomian Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Daya beli masyarakat cenderung melemah, indikatornya terlihat dari jumlah pengunjung atau tamu di hotel, restoran, warung-warung makan, toko-toko kain dan sembako yang ada di pasar Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM).

    Salah satu pengusaha Kotim yang cukup di kenal Zam’an, SE, MM mengatakan, rata-rata pedagang mengeluh karena omzet yang jauh menurun hingga melebih 50% dibanding tahun-tahun sebelumnya.

    “Ada tiga faktor utama yang menyebabkan kemunduran ekonomi di Kotim, yakni sejak regulasi penghentian ekspor bahan mentah tambang dan mewajibkan perusahaan tambang memiliki smelter, kemudian ditambah terjadinya kemarau panjang di Kotim yang mengakibatkan produksi buah sawit menurun drastis hingga 30% dan itu berlangsung dua tahun lebih,” terang pengusaha yang berhasil menjalani berbagai jenis usaha yang terbilang suskes itu.

    Sehingga lanjut Zamaan, perusahaan sawit melakukan efisiensi dan cara perampingan tenaga kerja serta menghapus bonus untuk karyawan atau staf dan manager.

    Lebih jauh Zaman menambahkan perusahaan tambang tidak bisa lagi berproduksi dan itu menimbulkan multiflier effect pada sektor jasa transporter, supplier Bbm, Suplier sembako dan lain-lain. “Mereka banyak kehilangan income akibat tidak berproduksi perusahaan tambang,” katanya.

    Menurut Zam’an faktor ketiga proyek fisik pemerintah daerah yang bersumberkan dari APBD/APBN lebih banyak dijalankan dengan program multiyears. Kelemahan sistem multiyears tidak banyak menyerap tenaga kerja lokal, serta pembelian bahan bangunan langsung ke Pulau Jawa.

    “Hanya sedikit yang menyerap tenaga kerja lokal dan belanja di toko-toko bangunan yang ada di daerah. Sehingga walaupun nilainya besar tapi memiliki pengaruh kecil buat ekonomi di daerah,”tutupnya.

    (im/beritasampit.co.id)