Tudung Saji dan Tas Kulit Kayu, Kobar Turut Memeriahkan Festival Panen Raya Nusantara

    JAKARTA – Puluhan komunitas adat, budaya dan konservasi se-Nusantara menggelar hajatan di Taman Menteng, Jakarta Pusat. Hajatan ini dibuka Jumat (13/10) sampai Minggu (15/10/2017), oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.

    Aneka ragam potensi lokal dikemas oleh komunitas-komunitas yang berasal dari berbagai daerah. Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Papua.

    Fastival yang berlabel “Panen Raya Nusantara” ini menampilkan aneka ragam potensi lokal, yang benar -benar diangkat oleh komunitas hasil binaan dan pendampingan lembaga-lembaga non-pemerintah.

    Dari Kalimantan Tengah diwakili produk komunitas dari Kotawaringin Barat dan Lamandau. Produk ikonik dari daerah ini, yakni Tudung Saji (Kotaqaringin Barat) dan tas kulit kayu (Lamandau) turut diserbu pengunjung.

    Komunitas yang turut tampil di festival ini diantaranya Yayasan Mitra Insani, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro, Yayasan Petak Danum, Yayasan Riak Bumi, Jaringan Madu Hutan Indonesia, Komunitas Konservasi Indonesia, Aliansi Organis Indonesia, Selanting dan masih banyak lagi.

    Sebagaimana tema yang diusung, yakni ‘Festival Panen Raya Nusantara’ maka acara ini memiliki misi yang sangat positif, yakni mengajak masyarakat lokal untuk turut panen rejeki dari hasil karya kreatif mereka. Komunitas lokal ini diajak untuk berkiprah di pentas nasional.

    Selama ini yang menikmati hasil karya kreatif masyarakat lokal adalah para pedagang. Terutama pedagang menengah, sebagaimana lazim ditampilkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM melalui ajang/fasilitas Smesco.

    “Mereka yang tampil dalam Festival ini adalah komunitas, yaitu para pelaku kreatif yang selama ini tidak pernah disentuh dan diberi peluang,” kata Yohanes Widada, salah seorang pendamping komunitas adat dan budaya dari Kalimantan Tengah kepada beritasampit.co.id Sabtu (14/10),melalui telephon selulernya.

    Yohanes Widada menuturkan komunitas adat-budaya dan konservasi yang berasal dari Kalimantan Tengah yang turut dalam festival ini adalah komunitas Selanting. “Selanting Ini komunitas adat/budaya dan konservasi yang mencakup tiga kabupaten di Kalteng. Yakni Kabupaten Kotawaringin Barat, Lamandau dan Seruyan. Mereka menampilkan produksi unggulan seperti tudung saji, tas dari kulit kayu, krupuk ikan, anyaman dan karya fotografi,” lanjutnya.

    Rasdi, salah seorang pendamping dari Swiss Contact Pangkalan Bun menuturkan, festival semacam ini sangat penting untuk mengangkat dan membuka pasar bagi produk-produk komunitas lokal.

    “Mereka selama ini tidak memiliki akses pasar. Dengan begini, produk daerah tidak monoton, tidak itu-itu saja. Kerena komunitaa akan cenderung inovatif dan kreatif dalam berkarya, ” lanjut Rasdi.

    “Ada juga komunitas yang bergerak di bidang konservasi yang sedianya hendak turut dalam festival ini, yaitu komunitas penyelamat Danau Masauraian, yaitu komunitas Karya Masauraian dari Kotawaringin Lama. Tapi karena satu hal, mereka berhalangan hadir,” tambahnya Rasdi. (man/beritasampit.co.id)

    Editor: DODY