Orangutan di Kotim Terancam Punah

    SAMPIT – Keberadaan orangutan di Kabupaten Kotawaringin Timur makin terancam karena habitat mereka rusak dan terus tergerus pembukaan hutan. Orangutan yang mencoba mencari makan ke luar hutan pun kini banyak yang dibunuh warga karena dianggap hama yang mengganggu tanaman.

    Komandan Pos Penjagaan Bandara dan Pelabuhan BKSDA Sampit, Muriansyah, mengaku sangat khawatir karena satwa dilindungi ini terancam punah. Pembukaan hutan secara besar-besaran untuk investasi membuat habitat orangutan ikut tergusur sehingga orangutan kelaparan.

    “Habitat orangutan di Kotim makin menipis, malahan bisa dibilang habis. Kami mencatat, sejak bulan Januari hingga Februari ini sudah ada lima ekor satwa liar, yaitu satu ekor owa-owa dan em ekor orangutan yang diserahkan warga,” kata Muriansyah, Selasa (17/2).

    Muriansyah mengimbau masyarakat tidak membunuh orangutan. Masyarakat diminta melaporkan keberadaan orangutan ke BKSDA agar bisa dievakuasi ke habitat aslinya di hutan. Malah sangat membahayakan jika memelihara orangutan karena bisa menularkan berbagai penyakit seperti rabies, hepatitis, herfes, flu serta TBC.

    “Kalau ada warga yang berkebun dan melihat orangutan, kami menghimbau untuk melaporkan ke BKSDA Sampit, jangan dibunuh atau memeliharanya, karena bisa dikenakan undang-undang Konservasi nomer 5 tahun 1990, bagi siapa saja yang memelihara, membunuh, melukai dan memperniagakan akan dikenakan sanksi pidana penjara 5 tahun dengan denda Rp 100 juta,” pintanya.

    BKSDA berterima kasih kepada masyarakat yang dengan sadar menyelamatkan orangutan dan menyerahkannya kepada BKSDA. Tindakan itu sangat tepat dan dapat membantu menyelamatkan satwa yang terancam punah tersebut.

    Selasa (17/2) siang, Kepala Desa Menjalin Kecamatan Parenggean, Hairil, menyerahkan seekor bayi orangutan berusia sekitar dua tahun ke BKSDA Sampit. Bayi orangutan yang diberi nama Memet itu awalnya ditemukan salah seorang warganya, kemudian sempat dipelihara lalu diserahkan ke BKSDA.

    “Bayi orangutan ini ditemukan warga bersama induknya yang telah merusak kebun buah, tapi sangat disayangkan induk orangutan ini mati ditembak warga dan anaknya ditangkap, Kejadiannya kurang lebih satu bulan lalu,” kata Hairil.

    Hairil terus memberi pemahaman kepada warganya agar tidak membunuh orangutan yang ditemukan. Warga diminta menghubungi aparatur desa atau langsung ke BKSDA agar orangutan tersebut langsung dievakuasi. (bro/170215/beritasampit.com)