WASPADA … Pengemis Musiman Terorganisir Masuk Sampit

    SAMPIT – Terlalu pengasih dan senang memberi kepadapara pengemis oleh masyarakatnya, membuat Kota Sampit menjadi sasaran yang menguntungkan bagi para pengemis musiman, terlebih di bulan suci Ramadan ini, dimana para gelandangan dan  pengemis (Gepeng) mulai bermunculan.

    Kedatangan para Gepeng itu ke Sampit, tidak menutup kemungkinan mereka telah terorganisir, mengingat pekerjaan pengemis sudah menjadi profesi. Hal ini yang mungkin dimanfaatkan oknum-oknum tertentu mengendalikan para pengemis musiman itu. Apalagi jadi pengemis tidak perlu bersusah payah bekerja keras, cukup dengan meminta belas kasihan orang, mereka dengan mudah mendapatkan rupiah.

    “Kemunculan pengemis musiman di bulan Ramadan tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk mengkoordinir para pengemis itu, dengan di turunkan pada suatu tempat dan di pantau dari jarak jauh menjaga keamanan para pengemisnya agar luput dari penertiban petugas,” ungkap Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim, Bima Eka Wardhana, Senin (6/6).

    Mengantisipasi hal tersebut, Dinsosnakertrans Kotim, mengimbau pada seluruh masyarakat Kotim, khususnya di Kota Sampit agar tidak mudah tertipu dengan penampilan para pengemis sehingga dengan mudah memberikan uang, padahal dari fisiknya pengemis tersebut masih mampu untuk bekerja.

    “Untuk menertibkan gepeng bukan hanya tugas pemerintah, namun juga peran masyarakat sangat penting membantu, seperti tidak membiasakan memberi langsung uang ke pada pengemis,” tegas Bima.

    Salah satu bentuk berpartisipasi tinggi untuk tidak mengundang para pengemis ke Kota Sampit ini, yakni jika ingin berbagi atau lebih baik menyalurkannya kepada organisasi sosial yang resmi serta yayasan berbentuk sosial seperti panti asuhan.

    “Kami pernah menangkap gepeng dari luar daerah yang beroperasi di Sampit, dari pengakuannya tidak pernah mendapatkan uang receh, masyarakat Sampit memberi sedekah cukup besar. Jika satu orang saja bisa memberi Rp1.000 hingga Rp5.000 rupiah, dikalikan dengan puluhan orang yang memberi mereka, penghasilan para pengemis tersebut hampir sama dengan tenaga kerja di luar negeri,” terangnya.

    Untuk mempersempit ruang gerak para pengemis sehingga tidak ada lagi pengemis dadakan yang datang, Dinsosnakertrans bersama Satpol PP Kotim, telah berkoordinasi untuk bersama-sama melakukan pengawasan pada titik-titik tertentu yang memang menjadi wadah para pengemis.

    ”Dengan memperketat penjagaan di tempat biasa mereka mangkal, pastinya akan mempersempit gerak mereka, dan jika kami temukan dilapangan, petugas selalu siap melakukan penertiban pada para pengemis itu,” tandasnya. (bro/beritasampit.com)