20 Orangutan Kembali Dilepasliarkan ke Hutan Batikap

    PALANGKA RAYA – Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) kembali melepasliarkan 20 orangutan ke Hutan Lindung Bukit Batikap Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

    Pelepasliaran 20 orangutan ini merupakan ke-11 kali sejak tahun 2012 dan sekarang jumlah yang dilepasliarkan di hutan Batikap mencapai 156 individu, kata CEO Yayaasan BOS Jamartin Sihite saat seremoni pelepasliaran orangutan di komplek perkantorang Gubernur Kalteng, Palangka Raya, Selasa (25/8/2015).
    “Kalau mengenai 20 orangutan yang akan dilepasliarkan ini, setelah proses rehabilitasi. Orangutan itu juga bukan berasal dari Kalteng, melainkan sitaan dari wilayah DKI Jakarta maupun provinsi lain,” tambah dia.
    Prosesi simbolis pelepasliaran terhadap 20 orangutan ini turut dihadiri Dirjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Tachrir Fathoni, penjabat Gubernur Kalteng Hadi Prabowo dan sejumlah pejabat lainnya.
    Dirjen di Kemenhut-LH itu mengapresiasi sikap konsistensi yang dilakukan yayasan BOS dalam merehabilitasi orangutan. Dia mengatakan jumlah orangutan yang direhabilitasi dan dilepasliarkan yayasan BOS telah mencapai 490 individu.
    “Konsistensi ini harus didukung semua pihak, sehingga orangutan hanya ada di Indonesia, khususnya di provinsi Kalteng, dapat berkembangbiak dan tidak lagi menjadi satwa langka,” singkat Tachrir.
    Sementara itu, Penjabat Gubernur Kalteng Hadi Prabowo menyebut sekarang ini tidak hanya orangutan yang harus dilindungi, namun juga burung Tingang yang menjadi cirri khan provinsi berjuluk “Bumi Tambun Bungai” ini.
    Dia mengatakan sejak ditunjuk dan dilantik menjadi penjabat Gubernur, sama sekali belum pernah menemukan atau melihat Burung Tingang. Padahal, burung ini merupakan ciri khas Kalteng dan belum tentu ada di provinsi lain.

    “Yayasan Bos telah melakukan rehabilitasi orangutan, dan harus ada juga yayasan lain yang merehabilitasi burung tingang. Jangan sampai kita hanya melihat patung burung tingang tanpa tahu apakah benar ada burung tingang itu. Itulah kenapa saya berpikir burung tingang juga harus dikonservasi,” kata Hadi. (ant/250815/beritasampit.com)