Demam Batu Akik Redup, Pedagang Musiman Gulung Tikar

    SAMPIT – Para pedagang batu akik mulai gigit jari. Pasalnya, demam batu akik yang dulu sempat booming hampir di seantero nusantara, kini mulai meredup dan membuat omzet penjualan mereka turun drastis hingga mencapai 90 persen. Bisnis batu akik yang sempat heboh kini semakin lesu di pasaran. Meski sepi, pedagang tetap berjualan seperti biasa.

    Di Sampit, Kabupaten kotawaringin Timur (Kotim), batu akik yang telah diasah maupun yang masih alami, menumpuk begitu saja tanpa ada peminat. Padahal tahun lalu, kehadiran pedagang batu alam itu mampu menyedot warga, bahkan setiap harinya ramai terjadi transaksi jual beli.”Pasarannya langsung anjlok setelah lebaran Idul Fitri kemarin,” ujar Abdul Razak, salah seorang pedagang batu akik di Pasar Berdikari Sampit, Rabu (20/01).

     

     

    Menurut Razak, pasca Idulfitri pada Juli 2015 lalu, pengunjung di pasar tersebut mulai menurun dan keberadaan batu akik pun tampak tak lagi diminati.“Hampir setiap hari sepi, yang datang pun bisa dihitung. Terkadang dalam satu hari tidak ada yang singgah ke toko. Padahal harga batu akik sekarang jauh turun dibanding sebelumnya,” keluhnya.

    Hal senada disampaikan H. Udin, pemilik Toko Permata Kalimantan di komplek pertokoan eks Kayumas Jalan Ahmad Yani Sampit.

    Menurut H. Udin, pengunjung yang datang hanya dari para pencinta batu akik yang benar-benar cinta akan seni dan keindahan dari batu akik tersebut.“Beda dengan beberapa waktu lalu, kami sampai kewalahan. Pembeli yang datang bukan saja membeli batu permata atau akik, tapi banyak juga yang ingin memesan amban atau cincin pengikat batu akik,” terangnya.

    Bagi H. Udin, sepinya pembeli tidak begitu menjadi persoalan, sebab dirinya merupakan pedagang yang sudah lama berkecipung dalam bisnis batu permata dan batu akik.

    Berbeda dengan pedagang musiman. Sepinya pembeli ini membuat para pedagang musiman mengeluh. Pasalnya ditengah demamnya batu akik kemarin banyak pedagang batu akik yang baru menggeluti bisnis ini ikut bersaing untuk mencari keuntungan. Tapi setelah demam batu akik meredup dan daya beli masyarakat turun drastis, banyak yang akhirnya gulung tikar.

    “Para pedagang batu akik di kota Sampit saat ini sepi akibat rendahnya daya beli masyarakat. Para peminat batu akik saat ini hanya berkisar dua persen. Kondisi ini membuat para pedagang batu akik tidak kuat menyelamatkan usaha mereka karena pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan,” jelasnya.

    1. Udin juga menerangkan, saat booming batu akik lalu para pedagang dan toko-toko permata yang ada disekitarnya dalam sehari dapat meraup omzet jutaan rupiah. Namun sekarang hanya 1 atau  2 orang yang singgah dan berbelanja. Omzet penjualanpun menurun drastis.

    Sebenarnya dengan sepinya pembeli membawa berkah bagi para kolektor atau pecinta batu akik. Sebab mereka dapat dengan leluasa memilih dan memilah batu yang diinginkan dengan harga miring.“Batu akik yang baru datang beberapa bulan lalu belum satupun laku, biasanya paling lama hanya dua minggu di stok sudah habis dan harus order lagi,” ungkapnya. (Jun/Beritasampit/210116)