Pasar Dadakan Tahunan Ramaikan Kota Samuda

    SAMPIT-Pasar dadakan yang sempat menghangat, karena menyebabkan sebagai pedagang yang mengganggu badan jalan maupun pengunjung di sekitarnya menjadi polemik di kalangan masyarakat Kabupaten Kotim, Kalteng belakangan ini.

    Namun bagi kecamatan wilayah selatan, pasar dadakan justru yang turut meramaikan suasana kawasan pasar sekitarnya. Misalnya, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) adanya pasar dadakan itu justru mendatangkan nuansa yang berbeda.

    Betapa tidak, masyarakat selatan Kabupaten Kotim ini justru menganggap pasar itu sudah menjadi tradisi masyarakat Samuda,khususnya sebagai tempat yang diramaikan para pedagang yang menggelar dagangan hanya sepanjang sekitar jalan kawasan pasar tersebut.

    Pantauan beritasampit.com, Selasa (5/7), sejak sebelum H-3 jelang Lebaran pedagang dadakan sudah menggelar lapak  jualan pertengahan Jalan H Umar Hasyim sepanjang kawasan pasar tersebut. Memasuki jalan itu para pengunjung parkir sepanjangJalan Partoe Muksin dan alternatif lain bisa memasuki kawasan pasar menuju jalan AMD Manuggal lV dan Jalan HM Ilmi.

    Informasinya yang dihimpun, pasar dadakan itu muncul sekitar tahun 1990-an kala itu beberapa pertokoan yang terbilang sepi karenanya tutup menjelang Lebaran. Sejak itu pula oleh masyarakatnya menghidupkan kawasan pasar, semula pedagang sekitar meramaikan pasar sebagian dari mereka menggelar barang dagangan diluar areal pertokoan. Lambat laun jualan dipinggir jalan itu menjadi kebiasaan setiap jelang hari besar dan berlangsung hingga puluhan tahun lalu.

    Identiknya setahun sekali masyarakat Samuda menjelang hari raya Idul fitri menjual barang –barang dagangannya dari berkah rezeqi bulan suci Ramdahan.

    Pasar Samuda yang dibangun masa pemerintahan Bupati Wahyudi K Anwar  merupakan pasar terbilang modern yaitu, bernama Pasar H Umar Hasyim  diambil dari salah seorang nama pejuang pahlawan kemerdekaan asal Samuda.

    Pemerintah Kecamatan Mentaya Hilir Selatan melalui Lurah Basirih Hilir, Abdullah SSos menjelaskan, bahwa pasar pinggir jalan umum itu mulai aktivitasnya muncul saat menjelang hari lebaran saja. Menurutnya,kewajaran mereka berdagang itu sendiri sudah menjadi kebiasaan turun temurun atau tradisi masyarakat selatan menggelar jualan yang setahun sekali.

    “Sejak tahun 90-an pedagang pasar  yang turun kejalan itu semua para pedagang warga samuda sehingga menambah ramainya suasana kawasan pasar menjelang hari raya saja,” ujarnya, Selasa(5/6).

    Ditambahkannya, dengan adanya pedagang yang jualan di pinggir jalan itu suasana pasar bertambah ramai dan para pengunjung berbagai pelosok berdatangan membeli barang keperluan buat berlebaran.

    Terpisah, Ketua Pasar H Umar Hasyim, H Darham ketika dikonfirmasi beritasampit.com mengatakan, bahwa warga pasar tak mempersoalkannya dan merekapun kita imbau menjaga ketertiban bersama. Mereka para pedagang pasar di jalan itu sudah ada sejak dahulu dan menjadi tradisi bagi masyarakat Samuda pada umumnya.

    Sebelum pasar ini dibangun kata Darham, pedagang yang menjual barang dagangannya dipinggir jalan setahun sekali itu sudah ada. Pedagang pinggir jalan yang disebut pedagang pasar dadakan itulah justru yang meramaikan suasana pasar sebagai pusat prekonomian pasar Samuda.

    Kegiatan jualan  yang mereka gelar cuma menjelang hari raya Idulfitri H-3 . Karena kebiasaan jelang H-3 itulah tradisi mulainya keramaian pengunjung berbelanja. “ Kami tak mempersoalkan masalah mencari rezeki karena masing-masing sudah diatur yang kuasa. Mereka yang berjualan  juga saudara kita dan warga samuda sendiri, dengan moment keberkahan ramadan inilah keharmonisan kita bersama terbina,” ungkapnya.

    Pasar H Umar Hasyim merupakan jantungnya pusat perekonomian masyarakat empat kecamatan, yakni Mentaya Hilir Selatan (Samuda), Mentaya Hilir Utara (Bagendang), Pulau Hanaut (Bapinang) dan Teluk Sampit (Ujung Pandaran) hingga dari Kecamatan kabupaten tetangga Katingan Kuala atau Pagatan.(mar/beritasampit.com)