Melihat Pedihnya Perjuangan Pemudik Kapal Laut

    PANGKALAN BUN–Perhatian pemerintah melalui sejumlah dinas terkait untuk pengaturan dan pengamanan angkutan arus mudik/balik lebaran, kemantapannya hanya sampai di lokasi pelabuhan. Tapi setelah di dalam kapal dan kapal penumpang meninggalkan pelabuhan menuju ke masing-masing tujuan pelabuhannya, merupakan sebuah perjalanan panjang yang sangat memprihatinkan bagi warga masyarakat kecil.

    Sama sekali kurang perhatian, alias tak pernah dibidik/diliput/ditayang masuk ke siaran berita telivisi. Justru yang banyak diliput hanyalah arus mudik balik lebaran melalui jalur darat, seperti jalur Pantura Surabaya-Jakarta. Sementara arus mudik/balik lebaran melaluijalur laut nyaris tak ada kabar, bagaimana nasib ribuan penumpang kapal tatkala berdesakan, bak pindang ikan bandeng, memadati semua penjuru/pelosok ruang-ruang  yang ada di dalam kapal.

    Seperti dialami jurnalis beritasampit.com, saat mudik lebaran dari Pelabuhan Panglima Utar Kumai ke Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Minggu (3/7), ketika naik KM Darma Lautan Utama. Setelah para penumpang berdesak-desakan, sejak dimulut pintu pelabuhan sampai masuk ke pelosok ruangan di kapal, tidak ada pengauran dari petugas kapal.

    Nampaknya, para penumpang setelah masuk ke dek kapal dispelakan oleh petugas kapal. Akhirnya ratusan penumpang berlomba memburu lahan-lahan kosong di penjur dek kapal,sambil berdesakan dan bersikut tangan.Tak ayal lagi banyak penumpang yang galau dan beradu mulut, rebutan lahan dek yang kosong.

    Saat ratusan penumpang,terus berdesakan ke atas dek kapal,sejumlah ABK, banyak yang memanfaatkan menawarkan kamar-kamarnya, dengan imbalan sejumlah uang. Maka tak ayal lagi beberapa ruangan kamar ABK pun dipenuhi para penumpang,sementara ABK yang memiliki kamar sempitnya menghilang.

    Setelah kapal berada di tengah lautan, para penumpang yang telah lelah mencari ruang-ruang kosong, nampak kebingungan karena ruangan WC yang bau busuk, aliran airnya untuk kencing tidak jalan, bahkan dua kran di depan toilet kaca, sama sekali tidak berfungsi. “Saya bingung mau kencing dan buang air besar juga sulit, karena keadaan toiletnya bau busuk, terpaksa untuk kencing melalui botol plastik saja,” aku Sutomo warga Nganjuk, saat ditanya beritasampit.com di atas kapal.

    Selama 26 jam lebih, para penumpang berada diatas kapal, sambil menahan ketegangan karena kapal (malam hari) terombang-ambing gelombang laut, terkadang miring kekiri dan kenan.Sekitar Pukul 14.00 WIB KM Dharma Lautan Utama merapat diPelabuhan Tanjung Mas Semarang.

    Ketika mereka turun, disambut puluhan calo mobil, motor, yang menawarkan tumpangan dengan harga selangit. Begitu pula arus balik dari Pelabuhan Semarang ke Kumai-Sampit, di kapalnya sama saja berdesakan. Itulah nasib masyarakat kecil.

    Mendengar fenomena sebuah perjalanan panjang panumpang kapal laut yang penuh  dengan keprihatinan, mendapat perhatiandari H Hamdhani SIP seorang legislator anggota DPR RI dari Partai Nasdem.

    “Tahun depan akan dievaluasi, tentang kelaikan kapal laut antar pulau yang mengangkut penumpang. Dan akan ditinjau ulang semua kelaikan kapalnya, agar tidak merugikan masyarakat penumpang,” jawab Hamdhani, saat dikonfirmasi beritasampit.com, Kamis (14/7), menanggapi masih prihatinnya para pemudik/balik arus mudik lebaran via kapal laut.(man/beritasampit.com)