JEMBATAN MENTAYA Masih Berproses, Target 2016 Batal Bediri

    SAMPIT – Pembangunan Jembatan Mentaya Sampit hingga kini masih dalam proses pengajuan proposal ke pemerintah pusat. Padahal, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, sebelumnya menargetkan pembangunan jembatan tersebut mulai terlaksana pada tahun 2016 dan selesai pada tahun 2020.

    Banyak kendala yang dihadapi Dinas PU dan Penataan Ruang (PU PR) Kotim, saat ini diantaranya adalah belum tersedianya anggaran pembangunan jembatan, melakukan pengkajian ulang desain jembatan dan analisis dampak lingkungan, serta inventarisasi status kawasan yang belum bisa ditetapkan.

    Kepala Dinas PU dan Penataan Ruang (PU PR) Kabupaten Kotawaringin Timur, H Machmoer melalui Kasi Perencanaan PU PR Siyanto mengatakan, pembangunan jembatan penghubung dua kecamatan yakni Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut akan memakan biaya sebesar Rp 1,4 Miliar. Jembatan tersebut baru akan akan dibangun, apabila anggaran tersebut sudah tersedia.

    “Jadi hingga sampai saat ini, kita masih menunggu jawaban dari pemerintah pusat dan juga dari hasil Musrenbang Nasional. Tentunya kalau menggunakan biaya APBD juga tidak akan mungkin. Sebelumnya kita kembali ajukan profosal ke pemerintah pusat dan fokus kita saat ini adalah mencari anggaran untuk pembangunan di Kotim, sesuai harapan pak bupati,” ujar Siyanto didampingi Kasi Jembatan Arul, (20/1/2017).

    Ditambahkan, dengan panjang 970 meter, tinggi dari permukaan air pasang 27 meter serta tinggi jembatan 45 meter dari lantai, maka akan membuka akses perekonomian masyarakat setempat yang hingga kini masih terisolir.

    “Jembatan ini adalah pengubung masyarakat dan akan tembus ke Seranau, Pulau Hanaut, juga Cempaka Mulia Timur, hingga kampung melayu dan akan berlanjut tembus ke Kabupaten Katingan. Sedangkan lokasi masih wacana yakni di jalur eks Inhutani bahkan landai jalan jembatan malah masuk jalan Pemuda nantinya,” ungkapnya.

    Untuk diketahui, jika wacana pembangunan jemabatan ini dapat terealisasi, maka Pemkab Kotim akan membangun tempat wisata disekitar bawah jembatan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menarik wisatawan akan berkunjung ke Kabupaten Kotim.

    Disamping itu, terhadap infratsruktur dan percepatan pembangunan juga akan lebih merata. Kemudian juga akan membuka keterisolasian jalan darat yang membawa dampak turunnya harga kebutuhan pokok diwilayah yang masih terisolasi itu. (raf/beritasampit.co.id)