Kerasnya Perjuangan Bocah Penjual Koran Dari Sampit

    SAMPIT – Kerasnya perjuangan hidup dijalani seorang anak di Sampit. Ini dijalani oleh Rahman yang saat ini biasa ditemui pada beberapa simpang lampu merah di kota Sampit. Anak ini ternyata putus sekolah, sebuah potret kehidupan seperti yang biasa ditemui dikota-kota besar seperti Jakarta.

    Ketika ditemui wartawan Berita Sampit anak penjual koran bernama Rahman mengaku pernah sekolah di SMP4 PGRI Sampit dan putus sekolah di bangku kelas 7.

    “Saya putus sekolah sejak 2016 karena orang tua tidak mampu” ujarya. Anak kelahiran Sampit dan tinggal di Baamang ini sehari-hari mengambil diupah Rp. 800,- per koran yang iya jual.
    Rahman mengatakan masih berkeinginan melanjutkan sekolah, namun akibat keterbatasan ekonomi keluarga, dan orang tuanya yang tidak bekerja (Pengangguran) memaksanya untuk berhenti sekolah.

    Dari pantauan berita sampit, selain Rahman masih banyak lagi anak-anak penjual koran yang putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi keluarga, ini dapat ditemui di bundaran Polres Kota sampit dan simpang jalan A. Yani – Yos Sudarso, serta perempata lampu nerah lainnya.

    Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Kotim, khususnya Dinas sosial dan Dinas pendidikan agar memperhatikan keadaan dan keberadaan anak-anak penjual koran di Kata Sampit. (ds/beritasampit.co.id)