Teluk Sampit Targetkan Luasan Tanam Padi Okmar 8.300 Hektare

    SAMPIT – Sebagai penyandang kebutuhan beras di Kabupaten Kotawaringin Timur bahkan di Kalimantan Tengah, luasan lahan tanam padi bulan Oktober-Maret (Okmar) 2016 – 2017 Kecamatan Teluk Sampit, menargetkan jumlah luasan tanam mencapai 8.300 Hektare.

    Jika dibanding tahun lalu, luasan tanam pada lebih banyak. Sebab tahun lalu tanam padi luasannya hanya 6.337 hektare. Kepala Balai Penyuluhan Pertanian(BPP), Kecamatan Teluk Sampit, Rasijo mengatakan, target Kecamatan Teluk Sampit untuk tanam Okmar tahun ini mencapai 8.300 hektare.

    Sedangkan padi unggul lokal paretas Siam Epang yang paling banyak ditanam. Untuk unggul Nasional lanjutnya, jumlah luasan tanam hanya sekitar 300 hektare, seperti, Ciherang, inpari 30 dan batang gadis.
    Untuk petani setempat katanya, lebih memilih banyak bertanam unggul lokal karena perawatannya lebih mudah dan tahan terhadap serangan hama.

    Sedangkan padi unggul Nasional, perawatan lebih ekstra, biaya tanam tinggi, harga murah, selain itu juga daya simpan tidaj tahan lama, serta mudah terserang hama kutu gudang atau bubuk. “Secara ekonomi unggul Nasional tidak menguntungkan itulah yang kurang diminati petani,” kata Rasijo dikantor BPP, Desa Lampuyang, Rabu(1/1/2017).

    Banyaknya luasan tanam padi sawah kata Rasijo, ditopang oleh tiga desa yang luasan kawasan lahan tanamnya bertambah sangat signifikan yakni, Lampuyang, Kuin Permai dan desa Parebok. Sedang desa yang lainnya sebagian kecil saja. ” Ketiga desa itu penyumbang hasil gabah terbesar wilayah ini,” sebutnya.

    Dia juga mengatakan bahwa penanaman padi sawah maupun ladang yang dilakukan sejak Januari 2017 lalu oleh kelompok tani yang aktif sebanyak 86 poktan atau sekitar 2.150 orang anggota tani. Kemudian ada tiga gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) diwilayah itu yakni, Sinar Harapan, di Desa Lampuyang, Sinar Abadi di Desa Kuin Permai dan Parebok Baru di Desa Parebok.

    “Jumlah luasan tanam hingga sekarang sudah 7.000 hektare lebih. Kegiatan tanam terus dilakukan. Insya Allah target tercapai akhir Pebruari 2017,” ujarnya optimis. Kemudian yang menjadi problem masyarakat petani katanya, hanya pada kondisi jalan menuju areal pertanian yang kurang mendukung.

    Sebab, jalan yang rata-rata mereka lalui berkubang lumpur sehingga menyulitkan para petani akan mengangkut hasil gabahnya nanti seperti di desa Kuin Permai. “Infastruktur jalan menuju areal pertanian sangat sulit, rusak dan becek. Harapan petani semestinya jalan menuju komplek pertanian bagus jika Kotim ingin berswasembada beras,” ungkapnya. (mar/beritasampit.co.id)