​Bupati Katingan VS DPRD Katingan : Ambisi Dalam Urusan Pemakzulan Atau Tidak?

    Oleh : SETIAWAN

    PERSETERUAN Bupati Katingan Vs DPRD Katingan masalah Pemakzulan menuai Pro dan Kontra baik dari kubu yang menuntut Ahmad Yantenglie berhenti, yaitu Aliansi Masyarakat Katingan Bersatu (AMKB) maupun Kubu yang menolak Pemakzulan Bupati aksi 162.

    Kurang lebih 1 bulan lebih permasalahan yang menyita perhatian publik belum terselesaikan, setelah terbongkarnya hubungan gelap Bupati Katingan Ahmad Yantenglie dan Farida Yeni, oknum Aparatur Sipil Negera (ASN) Yang bertugas di RSUD Mas Amsyar Kasongan. 

    Tidak bisa kita pungkiri, banyak tenaga, pikiran, maupun materil negara yang terkuras dalam permasalahan tersebut tidak ada yang mau merasa bersalah.

    Ahmad  Yantenglie, sang Bupati Katingan merasa tidur dengan wanita yang masih terikat perkawinan sah dengan pria orang lain masih merasa benar?  Sebaliknya DPRD Katingan terus melakukan upaya pemakzulan walaupun kasus delik aduan telah dicabut oleh Aipda Sulis suami Farida Yeni. Disini kedua lembaga sedang mempertontonkan kewenangannya. Saat ini nasib masyarakat Katingan dipertaruhkan ketika semua berseteru.

    ‘Ambisi’ adalah kata serapan dari bahasa Inggris “ambition” yang menurut Kamus Webster artinya an ardent desire (suatu keinginan menggebu), dan biasanya for rank, fame or power (untuk mendapatkan kedudukan, ketenaran atau kekuasaan). Ambisi terletak dalam pikiran dan perasaan manusia yang tidak kasat mata. Namun, kita dapat mengamati penampakannya dalam ucapan dan perbuatan seseorang.

    Orang yang penuh ambisi disebut ambisius. Dalam percakapan sehari-hari, kata “ambisius” cenderung bermakna negatif. Orang semacam itu, gambarannya adalah orang yang tidak tahu diri, mau menang sendiri, tidak lihat kiri-kanan, tidak punya rasa malu, semua ditabrak, yang penting tujuannya tercapai. Dalam budaya Dayak Banjar, orang ambisius sering disebut kalajuan, yakni terlalu cepat alias tidak sabaran.

    Di sisi lain, hidup tanpa ambisi atau keinginan kuat, juga berbahaya. Anak yang cerdas tapi malas lebih buruk daripada anak yang rajin meskipun kurang cerdas. Orang hidup harus memiliki keinginan. Tanpa keinginan, tidak ada tindakan. Tanpa tindakan, keberadaan manusia sama dengan ketiadaannya. Ambisi seringkali diperlukan untuk mengubah keadaan yang sudah sangat terpuruk menjadi baik.

    Kalau dicermati lebih jauh, yang menjadi masalah sebenarnya bukan ambisi semata, melainkan tujuan dari ambisi tersebut. Ketika tujuan ambisi adalah kekayaan, ketenaran dan kekuasaan, maka ambisi itu dapat membakar diri seseorang sekaligus orang lain. Tiga tujuan ini tidak hanya berwatak sosial, yakni menyangkut kepentingan orang lain, tetapi juga bersifat terbatas sehingga penuh persaingan.

    Selain itu, orang yang ambisius biasanya tidak mampu menilai dirinya, orang lain dan keadaan secara objektif, yakni sebagaimana adanya. Dia cenderung menilai dirinya melebihi penilaian orang lain terhadapnya. Dia menganggap dirinya pantas dan mampu, sementara orang-orang yang mengenalnya melihat sebaliknya. Akibatnya, dia akan mendapatkan penolakan, dan konflik sulit dihindari.

    Alhasil, ambisi itu berbahaya manakala tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan seseorang. Ambisi itu memicu konflik manakala yang diinginkan adalah hal-hal duniawi seperti kekayaan, ketenaran dan kekuasaan. Tetapi ambisi dapat membawa berkah jika tujuannya adalah berbuat baik setulus-tulusnya kepada sesama. Ambisi itu api.Ia dapat menerangi hidup kita, tetapi dapat pula membakar kita. 

    Semoga permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik dan fungsi mereka ditunjuk sebagai kepanjang tanganan Negara berjalan dengan semestinya Bukan Hanya Retorika Demi Rakyat tapi Rakyat Tidak Merasakan apa yang diperbuat. 

    (Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Katingan Periode 2016-2018 dan Mahasiswa UMP Kampus Kasongan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pollitik)