​Komunitas Non Formal 1000 Guru Kalteng Sudah Merambah ke Sekolah di Kotim

    SAMPIT – 1000 Guru adalah komunitas non-formal beranggotakan pemuda-pemudi yang peduli pendidikan anak-anak di wilayah terpencil Indonesia.

    Berbeda dengan komunitas yang berbasis pendidikan lainnya, dalam komunitas ini kegiatan volunteering mengajar diisi juga dengan travelling di lokasi sekitar sekolah.

    Program ini dinamakan Travelling and Teaching. Travelling and Teaching adalah kegiatan perjalanan yang tak hanya menapaki keindahan alam di pedalaman negeri dan mengenal budaya adat-istiadat warisan leluhur. Namun juga melakukan kegiatan mengajar serta berbagi ilmu dengan anak-anak di daerah terpencil.

    Pada tahun 2017 kegiatan 1000 Guru Kalimantan Tengah, merambah kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tepatnya di SDN 1 Tumbang Koling, Desa Tumbang Koling Kecamtan Cempaga Hulu.

    Nimatul Munawarah selaku salah satu relawan yang ikut kegiatan tersebut menjelaskan bahwa mereka beranggotakan 20 orang yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia.

    “Kami relawan berjumlah 20 orang ada yang dari malang, surabaya, banjarmasin, jakarta, jogjakarta, Wonosobo, Palangka Raya dan saya dari Sampit. Kami dari berbagai profesi ada yang dari polisi, dokter, dosen, akuntan, CEO, dan mahasiswa.”ujar Nimah sapaannya, Senin (3/4/2017).

    Kegiatan kami disana, lanjut Nimah, berlangsung selama 3 hari yaitu mulai dari 31 Maret sampai dengan 2 April 2017.

    Nimah mengaku keprihatinannya melihat potret pendidikan di pedalaman Kotim yang masih jauh dari layak, mulai dari infrastruktur hingga tenaga pengajar yang serba terbatas.

    “Sungguh miris saya melihat kondisi pendidikan di pedalaman, mulai dari gedung kelas yang sudah tidak layak dan perlu direnovasi, belum lagi kursi dan meja yang berlobang hingga hancur dan yang tidak kalah pentingnya tenaga pengajar (guru) disana sangat kekurangan,” ujar mahasiswa Universitas Darwan Ali (UNDA) tersebut.

    Saya harap lanjut Nimah lagi, pemerintah daerah dapat memikirkan permaslahan pendidikan di Kotim yang saya anggap masih kurang merata dan hak kesejahteraan memperoleh pendidikan tidak dapat dirasakan mereka yang berada di pedalaman.

    (fzl/beritasampit.co.id)