​Masyarakat Keluhkan Kenaikan Gas Elpiji 12 Kg

    NANGA BULIK – Beberapa waktu lalu sempat terjadi kelangkaan minyak tanah di Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau. Hal ini membuat sebagian masyarakat beralih ke gas elpiji. Namun, kini masyarakat kalangan kebawah kembali merasa tercekik setelah gas elpiji mengalami kenaikan harga.

    Untuk gas elpiji 12 Kg yang awalnya dijual harga Rp165 ribu kini menjadi Rp 170 ribu.  Dhani, salah satu pedagang warung makan sangat menyesalkan hal ini karena pastinya akan menjadi dampak yang lainnya.

    “Walaupun kenaikan gas elpiji 12 kg ini tidak disertai dengan kelangkaan. Namun dikhawatirkan akan mendongkrak kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya,” ucapnya menghawatirkan hal itu terjadi.

    Lanjut dikatakannya, apabila dampak itu terjadi, bagaimana dengan usaha kecil kami akan berjalan dengan baik kalau sedikit-sedikit harga naik, apakah kami harus menaikkan harga jual makanan kami?

    Lain dengan halnya Siti, pedagang warung makan lainnya. Ia lebih berinisiatif, dengan naiknya harga gas elpiji 12 kilogram yang ia gunakan untuk kebutuhan memasak baksonya ia kini berpikir akan mencoba untuk beralih ke tabung gas elpiji 3 kilogram.

    “Mau gimana lagi, walaupun agak ribet harus sering ganti tabung, tapi nggak apa-apa. Yang penting biaya produksi tidak membengkak,” ungkapnya.

    Namun, ia juga menghawatirkan hal yang sama dengan Dhani, dengan naiknya harga tabung gas 12 Kg. “Saya khawatir akan membuat kelangkaan gas elpiji 3 Kg karena tren masyrakat baik rumah tangga ataupun pedagang akan beralih ke gas elpiji 3 Kg,” ucapnya.

    Lanjut dikatakannya, untuk gas elpiji 3 kg juga sempat mengalami kelangkaan dan harga pun ikut naik sejak awal Bulan Ramadhan, kelangkaan itu pun masih terjadi namun saat ini harga sudah kembali normal, yang awalnya gas elpiji 3kg Rp 32 ribu kini sudah menjadi Rp25 ribu.

    (cipt/beritasampit.co.id)