​Wartawan Kobar Gelar “Orasi” Penghinaan Oknum Kapolres Kepada Wartawan

    PANGKALAN BUN – Puluhan wartawan, terdiri dari wartawan TV, Mediasos, Media Cetak dan Elektronik yang bertugas di Kabupaten Kobar, menggelar aksi damai, dan berorasi di Bundaran Tugu Pancasila Pangkalan Bun.

    Sebelum orasi, para wartawan mengheningkan cipta disusul dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya,Selasa sore (29/8) sekitar Pukul 15.30 WIB, hingga pukul 17.00 WIB.

    Aksi damai puluhan wartawan, yang menggelar orasi dan sejumlah poster serta spanduk, sempat mengundang perhatian para pengendara kendaraan roda empat dan dua, sehingga jalan bundaran, harus ekstra siap di jaga sejumlah jajaran keamanan Polres Kobar, agar kendaraan aman.

    Tiga wartawan, Koko Sulistio, Budi Prakoso dan Tumarno Ketua PWI Kobar, pada umumnya saat menyampaikan orasi mereka sama, yakni menyam paikan ke public, bahwa profesi wartawan dalam tugasnya di lindungi Undang-Undang.

    Juga menyampaikan bahwa jajaran Wartawan di Kabupaten Kobar dengan jajaran Polres Kobar, sejak lama sudah menjalin kemitraan. Menurut Tumarno, digelarnya orasi sebagai bentuk solidaritas sesama wartawan seluruh Indonesia.

    “Kalau ada wartawan di seluruh Indonesia, disakiti, kami juga di Kobar Ikut sakit, maka dari itulah kami dengan semua wartawan yang bertugas di Kabupaten Kobar, menggelar orasi membuktikan kepada Pemkab Kobar dan masyarakat, bahwa kebersamaan wartawan diseluruh Indonesia sudah menyatu.

    ”Dalam orasi dan sksi damai para wartawan,tidak ada pihak lain yang menunggangi. Ini murni dari hati nurani para wartawan,” ungkap Tumarno. Seperti dilansir diberbagai media online,cetak dan elektronik.

    Telah diberitakan, Kapolres Way Kanan AKBP Budi Asrul Kurniawan memperoleh kecaman dari berbagai organisasi profesi wartawan atas sikap dan pernyataanya yang dianggap melecehkan profesi wartawan.

    Budi diduga melakukan pelarangan liputan terhadap dua jurnalis, yaitu Dedy Tarnando dari Radar TV dan Dian Firasta dari tabikpun.com saat meliput aksi yang hampir berujung keributan antara massa pendukung dan penolak angkutan batu bara di Kampung Negeribaru, Minggu (27/8/2017).

    Saat itu Kapolres dan anak buahnya datang untuk mengamankam situasi. Dua jurnalis yang hendak merekam kejadian tersebut dihalangi Budi. Ia hanya mengizinkan untuk merekam suaranya. Budi mengaku trauma dengan tindakan jurnalis yang pernah menyebarkan videonya di media sosial sehingga menimbulkan beragam reaksi dari warganet.

    Berdasarkan kronologi yang dipaparkan Dedy dan Dian, Budi memerintahkan anak buahnya untuk menggeledah kedua jurnalis tersebut. Tidak sampai di situ, Budi juga mengeluarkan pernyataan yang bernada melecehkan profesi wartawan.

    “Bagi gua satu wartawan jelek, jelek semua. Terus terang aja gua udah gak butuh sama wartawan, apalagi koran-koran Lampung kelas cacingan. Lo mau tulis kayak apa terserah. Udah gak ada yang baca koran, udah tutup semua koran-koran itu,” cecar dia yang ditilulis disalah satu media nasional.

    (man/beritasampit.co.id)