Jadikan Kotim Kota Wisata “Jauh Panggang Dari Api”. Ini Tanggapan Waket II DPRD Kotim ?

    SAMPIT-Jauh panggang dari api. Peribahasa ini, tidak berlebihan untuk menggabarkan program pemerintahan H. Sopian Hadi-Muhammad Taufik Mukri (Sehati) Jilid II yang berkomitmen menjadikan Kabupaten Kotim sebagai kota wisata.

    Pasalnya, hingga sisa masa jabatan satu tahun. Konsep Kabupaten Kotim sebagai kota wisata masih terlihat samar, alias setangah matang. Perencanaan yang setengah-setengah dari pemerintahan kedua Sehati ini, menuai kritik dari banyak pihak.

    Memang, tidak dipungkiri. Objek wisata taman Icon Ikan Jelawat berdiri kokoh ditengah kota, menjadi andalan tempat warga Kota Sampit berwisata saat ini. Tapi tak cukup menjadi klaim suksesnya program Sehati Jilid II itu. Menuju Kabupaten Kotim Kota Wisata.

    Kritik tajam datang dari PWI Kabupaten Kotim. Organisasi pewarta itu, beberapa waktu lalu dalam diskusinya yang dihadiri sejumlah tokoh, secara khusus mengangkat topik bahasan, apakah bisa Kabupaten Kotim menjadi kota wisata.

    Dari para tokoh yang hadir, sebangun sekata mengaku pesimis. Terwujudnya Kabupaten Kotim Kota Wisata. Bukan tidak beralasan, relita yang tercapai jauh panggang dari api (kenyataannya tidak sesuai dengan harapan).

    Kendati demikian. Bupati Kotim, H Supian Hadi yang turut hadir dalam diskusi tersebut. Punya argumen tersendiri untuk mematahkan tudingan miring dari beberapa tokoh tersebut, yang muncul dalam pertanyaan-pertanyaan menukik pada sesi tanya jawab.

    Perdebatan hangat dipanggung diskusi yang disedikan oleh PWI Kotim beberapa waktu lalu, ternyata belum berakhir. Panggung diskusi PWI, kini bergeser kepanggung politik. Panggungnya wakil rakyat di DPRD Kotim.

    Wakil Ketua II DPRD Kotim Parimus, berpendapat. Memang sulit memulai untuk menuju suksesnya program Kabupaten Kotim Kota Wisata. Akan tetapi, ucapnya lagi. Tidaklah mustahil tidak dapat diwujudkan, apabila melibatkan semua potensi orgasisasi yang ada dan fokus mengelola potensi wisata yang ada.

    “Wisata kita dari jaman dulu sebenarnya sudah ada. Tinggal bagaimana mengelola, menambah, atau mengatur pola membangunnya. Tidak perlu perdebatan panjang, contohi Bali. Apa yang dilakukan masyarakat Bali, itulah yang harus kita contohi,” ucap Parimus kepada beritasampit.co.id, Sabtu (30/09/17).

    Suksesnya pengelolaan wisata di daerah itu lanjutnya. Mestinya, bukan saja dari pemerintah. Tetapi juga harus ada kemauan dari masyarakat. Seperti masyarakat Bali. “Yang penting masyarakat mau,” tukasnya.

    Kembali ia mengatakan. Kelompok yang dianggapnya punya potensi dalam membangun destinasi-deatinasi wisata, seperti; lembaga adat, Karang Taruna, KNPI, dan HMI.

    “Kenapa harus empat organisasi ini?. Karena memang empat organisasi tersebut, yang bisa dimanfaatkan sebagai mitra dalam beberapa bagian, agar Dinas Pariwisata tidak terkesan bekerja sendiri,” imbuhnya. (drm/beritasampit.co.id)

    Editor: A. Uga Gara