Belum Ada Solusi, Petani Rotan Tagih Janji Pemerintah Pusat

    SAMPIT – Petani rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, menagih janji pemerintah pusat terkait solusi dampak larangan ekspor rotan mentah, diantaranya berupa penyediaan resi gudang bagi petani.

    “Pemerintah pusat melarang eskpor rotan mentah, tapi apa solusinya. Bertahun-tahun dan sampai sekarang tidak ada. Resi gudang juga sampai saat ini belum ada realisasinya, petani sudah menunggu itu,” ucap Ketua Asosiasi Petani Rotan Kotim Dadang H Syamsu di Sampit, Selasa (9/10/2017).

    Politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mengkritisi kebijakan pemerintah yang menurutnya terburu-buru tanpa memikirkan dampak yang dialami oleh masyarakat, sampai dengan sekarang.

    Pemerintah memberlakukan larangan ekspor rotan mentah sejak akhir 2011 lalu tanpa menyiapkan solusi sehingga petani dan pelaku usaha di sektor rotan menjadi terpuruk karena buktinya industri dalam negeri hanya bisa menyerap sebagian kecil rotan hasil panen petani, khususnya di Kalteng.

    Anggota Komisi III DPRD Kotim ini juga memahami niat pemerintah pusat melarang ekspor rotan mentah dengan harapan industri rotan dalam negeri meningkat sehingga petani akan mendapat nilai ekonomis yang lebih tinggi jika mengekspor rotan dalam bentuk jadi.

    Namun, sambungnya, seharusnya infrastruktur seperti industri dan keterampilan masyarakat, disiapkan terlebih dahulu sehingga bisa langsung berjalan ketika larangan ekspor rotan mentah tersebut diberlakukan.

    Sekadar diketahui, sektor rotan di Kotim langsung terpuruk setelah larangan ekspor rotan mentah diberlakukan pada akhir 2011 lalu lantaran hasil panen rotan menumpuk dan membusuk karena tidak ada pembeli.

    Kini petani rotan di Kotim sedikit tertolong setelah menemukan pasar baru di kawasan Kalimantan Barat meski penjualannya tetap saja tidak sebagus ketika larangan ekspor rotan mentah belum diberlakukan.

    “Saat ini harga rotan kering berkisar Rp180/160 ribu per kilogram, harga tersebut berbanding jauh terbalik seperti sebelumnya yang mencapai Rp 220 ribu per kilogram, perbedaan harga rotan itu tergantung kualitas dari rotan itu sendiri,” kata Dahlan, seorang pengusaha rotan di Desa Pelangsian. (drm/beritasampit.co.id)

    Editor: DODY