KM. Dharma Kencana Terbakar “Mengisyaratkan” Kapal Penumpang Tua Yang Tak “Laik” Beroperasi

    Oleh : Maman Wiharja

    PENULIS, masih ingat ketika KM. Senopati Nusantara merapat di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Jumat 28 Desember 2006, sore sekitar pukul 17.00 WIB. Penulis langsung turun ketangga bawah, melihat tumpukan majalah “Marunting” yang baru di cetak di Semarang, barangkali basah, karena hujan.

    Dan hujan pun diluar masih turun rintik-rintik, tapi puluhan penumpang yang keluar dari mulut pintu palka bawah, tidak menghiraukan hujan, mereka nampak berlarian, menuju arah terminal, sementara puluhan kuli gendong barangpunsibuk berteriak menawarkan jasanya kepada para penumpang.

    “Hayo,Pak Maman kita ke Semarang lagi,saya baru nyimpan mobil di palka bawah,” kata Pak Marzuki, sahabatku.Ketika penulis,bertemu di pelabuhan. Memang waktu itu penulis rencana mau ke Semarang lagi, naik kapal yang sama, untuk mengambil sisa majalan yang masih dicetak di Minggu baru selesai di cetaknya.

    Namun, karena hujan jelang magrib semakin deras di Pangkalan Bun, akhirnya penulis mengurungkan untuk berangkat lagi ke Semarang, yang Jumat malam Sabtu itu juga sekitar Pukul 20.00 WIB, KM. Senopati Nusntara berangkat ke Semarang, diperkirakan Sabtu malam, sekitar Pukul 21.00 WIB KM. Senopati Nusantara, berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.

    Namun, tiba-tiba Minggu pagi 30 Desember 2006, sontak Kota Pangkalan Bun, geger karena mendengar informasi dari Pelabuhan Kumai, KM. Senopati Nusntara, yang baru berangkat Jumat malam dari Pelabuhan Kumai, terbakar dan tenggelam. Mendengar musibah dhahsyat itu penulis,sempat bengong sambil merenung…dan berkata dalam hati.

    “Alhamdullilah…untung enggak jadi kembali ke Semarang,” Kemarin lalu, Minggu pagi (29/10/2017) KM. Dharma Kencana II, terbakar ditengah laut, yang ujung-ujungnya Pelabuhan Panglima Utar Kumaipun jadi sibuk,lantaran semua penumpang, KM. Dharma Kencana yang terbakar di evakuasi ke Kumai.

    Pengamatan penulis,melihat fenomena musibah KM. Dharma Kencana II terbakar, itu ‘mengisyaratkan’ bahwa semua kapal penumpang yang dikelola sejumlah perusahaan swasta, diduga keras/cenderung sudah tidak laik beroprasi.

    Karena pada umumnya mayoritas kapal yang beroprasi diperairan Indonesia, yang dimiliki sejumlah perusahaan pelayaran, termasuk katagori ‘kapal tua’.
    Dulu tahun 1999 penulis sempat mendengar informasi dari Kepala Adpel Kumai Asmari, SH bahwa kapal penumpang yang dimiliki sejumlah perusahaan pelayaran, usianya ada yang 20 tahun lebih.

    Kalau dihitung sekarang tahun 2017, berarti kapal penumpang banyak yang berusia 38 tahun,luar biasa…? Penulis, mengatakan luar biasa diatas yang dibumbuhi titiktik dan tanda tanya, yakni kalimat luar biasa itu ditujukan kepada Pemerintah Cq, sejumlah Menteri yang terkait.

    Kenapa sampai sekarang kapal-kapal tua,baik untuk angkutan para penumpang dan barang,masih tetap oleh pemerintah dibiarkan. Atau mungkin, laporan dari bawah ke pemerintah pusat, dikatakan aman-aman saja,karena cenderung hampir semua kapal tua bisa lolos laik beroprasi dari pelabuhan induk,berkat gencar adanya ‘suap’.

    “Dalam peraturan, engga boleh kapal diperbaiki sambil berlayar membawa penumpang,tapi karena suap semua bisa diatur, Pak,” aku seorang pekerja di Kapal KM.Dharma Kencana,saat penulis mudik lebaran pulang kampung.Dan banyak lagi kapal penumpang lainnya milik PT.Pelni,saat berlayar masih keadaan diperbaiki, atau sedang dicat.

    Dan luar biasanya lagi, kalau ada musibah di perairan laut Indonesia, seperti contoh KM.Senopati Nusantara, yang terbakar dan tenggelam pihak pejabat di pemerintah,dan pemilik perusahaan kapal, rebutan beradu argumentasi yang cenderung saling tuding, dimedia online dan TV, menyampaikan berbagai pendapatnya.

    Juga sejumlah pengamat, banyak berkoar membidik kecerobohan perusahaan kapal penumpang,yang asal-asal mendata kapal penumpang yang lain beroprasi. Sampai, ujung-ujungnya, dikatakan sejumlah pengamat banyak penumpang yang jadi korban. Dana asuransinya tidak sampai ke ahli warisnya.

    Hingga sang waktu terus berjalan sejak musibah KM.Senopati Nusantara, tenggelam 28 Desember 2006, sampai sekarang Minggu 29 Oktober 2017, saat KM. Dharma Kencana II terbakar, berarti mengisyarakatkan, seluruh perusahaan kapal penumpang diduga keras, atau cenederung masih banyak yang tua.

    Walaupun nampak cantik karena sering didempul dan dicat, tapi didalamnya ‘rongsok’ harusnya tidak laik beroprasi. Apa, tindakan pemerintah? (Maman Wiharja-Wartawan Senior, tinggal di Pangkalan Bun).