Benarkah Ada Pemukulan dan Dugaan Pelecehan Saat Pembubaran Massa Aksi FPRKT?

    PALANGKA RAYA – Polemik pembubaran aksi demonstrasi yang yang berujung pada tindakan pemukulan dan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian terhadap massa aksi dari front perjuangan rakyat Kalimantan Tengah terus berlanjut.

    Terkait dengan hal tersebut pihak dari front perjuangan rakyat Kalimantan Tengah (FPRKT) menggelar konferensi pers yang dilaksanakan pada senin (20/11) di sekretariat GMKI cabang Palangka Raya.

    Dalam konferensi pers tersebut ketua GMKI cabang Palangka Raya, Novia Adventy mengatakan bahwa dia mengutuk keras sikap represif berupa pemukulan yang dia alami dengan beberapa massa aksi lainnya. Padahal menurutnya saat itu massa aksi tidak merangsek maju menerobos barikade pengamanan, namun justru dihalau mundur oleh aparat.

    Bahkan yang membuat dia sangat marah dan kecewa adalah dia merasa mengalami pelecehan seksual yang dia alami saat pembubaran aksi tersebut. Menurutnya saat pembubaran aksi terjadi ada oknum aparat laki-laki yang memukulnya bahkan yang lebih parahnya lagi tanpa sengaja kancing baju yang ia gunakan putus akibat ditarik sehingga memperlihatkan bagian sensitifnya sebagai seorang perempuan.

    Selanjutnya disaat dia ingin menutup bagian sensitif tubuhnya, oknum aparat tersebut tetap memegang kedua tangannya sehingga dia tidak bisa menutupnya dan dia hanya bisa pasrah ketika salah satu organ sensitifnya menjadi tontonan publik.

    “Saat saya berusaha menutup bagian depan tubuh saya, oknum tersebut tetap memegangi kedua tangan saya, sehingga saya tak kuasa menutup badan saya”. Ujarnya menceritakan saat konferensi pers, (Senin, 20/11/2017).

    “Saya merasa harga diri saya sebagai seorang perempuan jatuh akibat tindakan tersebut” tambahnya dengan nada tinggi.

    Dia juga meminta agar pihak dari kepolisian meminta maaf secara langsung dan mengusut tuntas atas peristiwa yang dia alami. Selain itu sempat pula dia memperlihatkan baju dengan kancing putus yang digunakannya pada aksi yang digelar pada minggu (19/11) kepada para awak media.

    Dalam kesempatan tersebut dia juga menyampaikan permohonan maaf karena telah mengeluarkan kata-kata yang kasar pasca aksi tersebut ricuh. Menurutnya tindakan itu dilakukan spontan akibat perlakuan yang telah dia terima.

    Selain dihadiri oleh GMKI cabang Palangka Raya nampak juga dalam konferensi pers tersebut perwakilan beberapa lembaga dan organisasi, diantaranya WALHI Kalteng, BEM UPR, PMKRI cabang Palangka Raya dan SERUNI (serikat perempuan Indonesia) Kalteng.

    (apr/beritasampit.co.id)
    Editor: Muhammad A