Kisah Pilu Bocah Penderita Gizi Buruk Kini Tinggal Menunggu “Mukzizat” Dari Tuhan, Ini Ceritanya…

    PANGKALAN BUN – Cobaan berat dari Tuhan YME, kepada manusia kenapa harus kepada orang yang miskin ? Kenapa tidak ke orang-orang yang kaya. Seperti halnya cobaan berat kepada Yani Ato ( 6 tahun ), bocah malang warga Desa Tanjung Beringin RT 11 Kabupaten Lamandau, kini nasibnya tinggal menunggu ‘mukzizat’ dari Tuhan YME.

    Disalah satu ruangan Isolasi di Ruang ‘Lanan’ Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat, ketika beritasampit.co.id melihat Yani Ato nampak tergeletak lemah. Sesekali dari ruangan sempit itu terdengar sayup sayup suara rintihan Yani Ato putri dari Antonius Ato (44 thn).

    Yani Ato kini kondisinya semakin kritis, yang terlihat hanya tulang dan kulit, suara rintihannya pun seperti anak bayi menangis, tidak begitu jelas apa yang diinginkan Yani yang kini dirawat diruang isolasi yang ada di sal khusus perawatan anak anak.

    Kata Antonius meski Yani Ato bukan anak biologisnya namun ketika dirinya menikahi Erni Evradina ibu dari Yani rela meninggalkan pekerjaan sebagai buruh diperusahan sawit yang ada di Kabupaten Lamandau.

    “Meski ini bukan anak kandung saya, karena Saya mencintai mamahnya (ibunya Yani) maka saya pun mencintai putrinya (Yani) , setelah saya menikahi ibunya (Ibu dari Yani) saya pun begitu menyayangi Yani seperti anak kandung saya sendiri, meski ibunya telah meninggal pun saya tidak mengurangi rasa kasih sayang saya kepada anak ini,” jawab Antonius saat dibincangi beritasampit.co.id Jumat (29/12).

    Antonius Pun menerangkan bahwa Erni istrinya meninggal pada tanggal 4 Januari 2017, dimana istrinya meninggal karena sakit “berak darah”.

    Setelah kepergian istrinya, Antonius pun harus merawat Yani yang selalu sakit sehingga berat badannya turun drastis, Antonius pun harus merawat Putrinya siang dan malam.

    “Sebelum ibunya meninggal, anak saya ini masih sehat dan begitu ceria seperti anak anak yang sehat lainnya, dia selalu bermain, dan berat badan badannya pun normal, anak saya ini tidak rewel tidak pernah menangis, meski dia menginginkan sesuatu, sampai saat ini dia tidak pernah menangis meski sakit,” ungkap Antonius.

    Pada bulan April 2017, terang Antonius, putrinya itu sering terkena diare meski tidak pernah mengeluh sakit perut, tapi Yani selalu terserang diare.

    “Saya pun bawa anak saya ini kerumah sakit karena mencret nya tidak berhenti, begitu sembuh kami balik lagi ke Lamandau, dan saya ini kondisi anak saya makin mengkhawatirkan buang air nya tidak pernah berhenti,” ucapnya.

    Antonius pun selalu berdoa agar Yati putrinya itu segera sembuh dan kembali cerai, impian Antonius sama seperti orangtua dimana pun berada, yang menginginkan anaknya selalu sehat dan bisa sekolah.

    “Saya pun terpaksa berhenti bekerja karena saya tidak tega meninggalkan anak saya sendiri dirumah,” imbuhnya.

    Sementara Plt. Direktur RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun drg.Ahmad Fauzan pihaknya menerima Yani pasien kekurangan gizi pada hari Kamis (28/12) pukul 17.00 WIB dan langsung ditangani dokter spesialis anak.

    “Anak ini terkena penyakit Marasmus atau salah satu bentuk yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang buruk, saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan yang dikhawatirkan ada komplikasi sehingga menyebabkan gizi buruk, karena saat ini pasien terus mengalami diare,” kata Fauzan.

    Menurut Fauzian,sebenarnya dua bulan yang lalu pasien anak atas nama Yani Ato ini pernah dirawat disini dengan kasus yang sama diare itu, tetapi karena keinginan orangtuanya makanya pulang dengan paksa, jika dilihat kondisi dari dua bulan yang lalu berat badannya sangat menurun drastis,” ucapnya.

    Saat ini kata Fauzan, berat badan Yani hanya 7,4 kg, seharusnya berat badan yang normal seusianya harus 20 kg. Untuk itulah pihak rumah sakit langkah daruratnya melalukan perbaikan gizi terhadap Yani.

    (man/beritasampit.co.id)