Kecamatan MHU Kali Pertama Behaul Raja Bungsu, Ini Ceritanya…

    SAMPIT – Haul Raja Bungsu atau Kerajaan Sungai Sampit, pertama kali dilaksanakan berlokasi di Pasar Selasa, Desa Bagendang Hulu, Kecamatan Mentaya Hilir Utara (MHU), Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), yang dihadiri Plt. Setda H. Halikinnor berlangsung, Rabu (3/1/2018).

    Kegiatan Haul Besar Raja Bungsu adalah Raja Sungai Sampit, merupakan daerah kerajaan pada waktu dulu kala.

    Bukti dari Raja Bungsu itu masih meninggalkan sebuah fakta berupa situs peninggalan sejarahnya masa itu, berupa sisa tiang berupa kayu bulat ulin besar yang tertantap disekitar daerah tersebut.

    Konon tiang-tiang kayu ulin bulat berdiri meter sekitar 40-an centimeter itu, masih tertancap dipinggiran Sungai Mentaya yang berada di desa Bagendang Permai, tepatnya disamping kawasan perusahaan PT. Indo Belambit.

    “Ada 8 tiang bulat kayu ulin sisa peninggalan kerajaan tersebut, ” tandas Ady Candra, SH, MH, kepada beritasampit.co.id usai pelaksanaan acara tersebut.

    Menurut legenda masyarakat setempat yang masih hidup, bahwa Sampit pada waktu itu masih berbentuk kerajaan, bernama kerajaan Sungai Sampit dan diperintah oleh Raja Bungsu.

    Dari ceritanya, sang Baginda yang mulia Raja mempunyai dua anak keturunannya yakni, Putra dan Putri. Keduanya masing-masing memperebutkan kekuasaan ingin menguasai. Yang Putra bernama Lumuh Sampit dan Putri bernama Lumuh Lenggana.

    Konon, menurut legenda ceritanya, kerajaan Sungai Sampit yang besar dan kuat itu akhirnya musnah dan hancur, akibat perebutan kekuasaan tersebut, akhirnya legenda Situs budaya kerajaan akan dikembangkan pemerintahan setempat sebagai agenda pariwisata.

    Pemerintah Kabupaten Kotim, melalui Plt. Sekda, Halikinnor dalam sambutannya mengatakan, dengan adanya acara haul besar Raja Bungsu ini, mengharapkan kepada seluruh masyarakat dapat menjaga dan melestarikan hasanah budaya peninggalan sejarah.

    Tetap menjaga keamanan situsnya, kebersihan lokasi, dan kenyamanan bagi masyarakat yang berkunjung.

    Dikatakanya, kerajaan Sungai Sampit bukan hanya milik masyarakat MHU (Bagendang)saja, melainkan milik seluruh masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur. Dan bangsa yang berhasil di era global adalah bangsa yang mengikuti sejarah jaman.

    Ditambahkannya, bahwa Halikin meminta kepada Camat dan seluruh Kepala Desa agar menggali dan bekerjasama tokoh masyarakat bagaimana sejarah Raja Bungsu ini.

    “Nanti dibukukan, ditetapkan tanggal berapa peringatan Haulnya. Ini akan kita tetapkan menjadi agenda pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur,” tandas Halikin.

    Usai acara haul dilanjutkan dengan peletakan bunga pada Situs berupa Tunggul Kayu Ulin bulat jaman dulu kala yang tertanam dibalut kain warna kuning dan putih.

    Kemudian peletakan bunga tujuh warna oleh Plt Sekda Halikin Nor, kemudian, Wakil Ketua DPRD H Supriadi MT, Kadis Budpar Fajrurahman, Camat MHU, Ady Candra, Kabag Kesra H. Jumberi, sejumlah Camat, dan Anggota dewan lainnya.

    Selain itu juga ada Kades Bagendang Hulu Tediansyah, Pj. Kades Bagendang Permai, polsek Sungai Sampit, dan Ramil Sungai Sampit, Para Damang, Mantir, Tokoh Agama dan masyarakat sekitar.

    (mar/beritasampit.co.id)