MEMOHON DI HARI SEJUTA POHON

    Oleh : Dr. H. Joni.SH., MH., SP., MP

    Setiap tanggal 10 Januari diperingati sebagai hari sejuta pohon se dunia, atau di Indonesia diberikan label yang sama, yaitu hari sejuta pohon nasional.

    Dijadikannya hari itu sebagai hari sejuta pohon, secara praktis dengan mengaca pada semakin rusaknya lingkungan hidup yang merupakan median kehidupan bagi makhluk yang ada di bumi.

    Angka sejuta pohon bersifat kamuflase. Artinya secara konkret yang ditanam bisa puluhan juta, bahkan ada program satu milyar penanaman pohon.

    Bahwasanya tanpa pohon semua makhluk tidak akan dapat berkembang biak secara wajar. Lingkungan yang rusak menjadikan habitat makhluk hidup terancam.

    Sangat banyak species dan jasad renik dan plankton yang rusak atau musnah. Kesemuanya itu disebbakan oleh semakin berkurangnya jumlah pepohonan yang merupakan perimbangan siklus alam.

    Kendatipun itu bukan satu satunya. Masih banyak deretan perusak alam yang harusnya dibenahi. Bumi Semakin Panas
    Kesadaran terhadap kerusakan bumi datang hampir dari seluruh negara di dunia.

    Dengan disponsori Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), mkak Hari sejuta pohon diperingati di seluruh dunia setiap tanggal 10 Januari. Hal ini secara praktis mengingatkan kepada jajaran pangreh dan masyrakat untuk menanam pepohonan.

    Sebab angka penebangan pohon pada satu sisi dengan penanaman pada sisi lain jauh dari seimbang. Terlalu banyakj pohon ditebang sementara terlalu sedikit yang ditanam.

    Ketidakseimbangan itu juga didukung oleh faktor lain. Yaitu penebangan pohon yanhg sehari bisa puluhan bahkan ratusan pohon namun penanamannya diketahui tidak cukup hanya sehari, sebulan bahkan setahun atau lebih.

    Tumbuhnya pohon agar menyamai dengnh yang ditebang memerlukan rentang waktu puluhan tahun. Secara ekologis, pohon merupakan tumbuhan yang batangnya berkayu dan bercabang.

    Batang pohon utama berdiri dan berukuran lebih besar dibanding cabang-cabangnya. Banyak juga tumbuhan yang berdaun, namun tidak termasuk ke dalam kategori pohon.

    Pohon, batang hidup dengan juntaian daun hijau dan memiliki proses fotosintesis yang mengagumkan, menjadi komponen alam penting bagi manusia dan hewan dan makhluk hidup lainnya.

    Sebagai refleksi dari peringatan terhadap hari sejuta pohon ini, maka dilaksanakan berbagai aiktivitas yang orientasinya adalah memberikan kesadaran tentang makna pentingnya pohon atau pepohonan.

    Peringatan hari sejuta pohon biasanya dirayakan dengan kegiatan seminar, pembagian bibit, dan penanaman pohon yang dilakukan di berbagai tempat, khususnya di lokasi yang sudah gundul pepohonannya atau tanah yang secara alamiah memang gersang.

    Demikian juga aktivitas diisi dengan melakukan gerakan penanaman pohon ditujukan agar menjadi satu solusi dari permasalahan pemanasan global (global warming) yang tidak dapat direm sampai saat ini.

    Kondisi demikian menyebabkan suhu udara dirasakan semakin lama semakin panas terutama di kota besar. Hal ini didukung oleh karena tidak terkendalinya pertumbuhan bangunan rumah kaca (greenhouse).

    Kenyataan menunjukkan bahwan pepohonan di kota sudah jarang terlihat dan digantikan dengan gedung pecakar langit atau hutan beton (concrete jungle). Kondisi yang secara obyektif memprihatinkan inilah yang membuat sinar matahari tidak dapat diserap, tetapi lebih banyak dipantulkan.

    Debu dan asap beterbangan dalam jumlah dan kadar yang tidak terukur menutupi atmosfer kota sehingga menjadikan kota mengalami urban heat island (kota bagaikan pulau panas).

    Hal ini terlepas dari berbagai pendekatan yang bersifat politis administratif karena kepentingan tertentu dari pemegang kekuasaan. Selain kenyataan di atas, mengapa ada keharusan menanam pohon karena sebuah pohon menghasilkan cukup oksigen.

    Rentang waktu yang cukup lama memberikan pemahaman bahwa dalam satu tahun untuk menjaga keluarga beranggotakan empat orang untuk bernapas dengan nyaman, misalnya diperlukan banyak oksigen dan nitrogen.

    Dengan asumsi penanaman 20.000.000 pohon, akan tersedia 260 juta ton lebih oksigen bagi bumi dan penduduknya. Pohon sebanyak itu akan menghapus 10 juta ton CO2.

    Tataran Teknis dalam tatanan teknis dapat digambarkan bahwa menanam tiga batang pohon yang ditanam di tempat yang tepat di sekitar bangunan dapat menghemat biaya AC sampai 30 persen.

    Hal ini jarang disadari, karena para pelaku bisnis sibuk memikirkan keuntungan dari bisnisnya semata tanpa memikirkan dan berorientasi kepada terciptanya lingkungan hidup yang baik dan sehat.

    Pada perspektif bioligis, diketahui bahwa pohon-pohon menjadikan air bersemayam tidak jauh dari permukaan bumi. Di bawah pohon, air dengan mudah ditemukan. Artinya disebabkan oleh pohonlah air dengan mudah meresap ke dalam tanah dan menyelamatkan air tidak cepat hilang dari dalam tanah.

    Hal ini mencegah banjir, yang merupakan refleksi dri terbatasnya kemampuan pepohonan menyerap air. Merayakan hari sejuta pohon tidak harus melulu dengan melakukan kegiatan besar.

    Sekadar mengingtatkan bahwa yang dilakukan individu yang kecil pun sangat bermakna. Hal ini terwujud misalnya dengan melakukan penanaman pohon di halaman rumah.

    Konkretnya tidak sekadar menanam tetapi juga memantau dan memelihara dengan baik, sehingga terawatt dan memberikan kontribusi terhadap kebeadaan lingkungan yang baik dan sehat.

    Berbagai program telah dilaaksanakan sehubungan dengan hari sejuta pohon di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia misalnya, mulai menerapkan kebijakan soal kelestarian pohon melalui gerakan Satu Miliar Pohon.

    Pada waktu Menteri Kehutanan dijabat Zulkifli Hasan, dan sekarang menjadi Ketua MPR secara simbolis melakukan penanaman pohon di kawasan hutan komplek Bandara Soekarno Hatta.

    Perlu diingat bahwa saat itu Menhut menyatakan, penanaman pohon dari Januari hingga Oktober (saat itu tahun 2012) telah mencapai 732 juta pohon. Atau sudah memenuhi 70 persen dari target satu miliar batang. Kini, lima tahun berlalu, penanaman itu tentunya perlu dievaluasi.

    Ini cenderung sebagai permohonan. Memohon untuk klarifikasi apakah hanya sebagai semacam gerakan politis saja atau memang benar benar memberikan sumbangan untuk kesehatan, khususnya lingkungan yang baik dan sehat.

    Penekanannya adalah bahwa tidak hanya menanam pohon bernilai ekonomi seperti jati, sengon atau jenis lain. Berbagai tanaman yang secara kimiawi dapat berkontribusi terhadap kebersihan udara harus ditanam juga.

    Sebab kendatipun jenis pohon yang lain yang sementara dinilai tidak ada manfaatnya tidak akan demikian seterusnya. Di masa yang akan datang pepohonan itu dipastikan akan bermanfaat. Hanya saja sekarang belum ditemukan manfaat dimaksud.***

    (Dr. H. Joni.SH., MH., SP., MP adalah pemerhati lingkungan hidup berdomisili di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur)