Dilanda Banjir, Akses Jalan Menuju Delapan Desa di Katingan Terputus

    KASONGAN – Banjir lumpuhkan delapan desa di Kecamatan Tasik Payawan. Kondisi itu juga diperburuk dengan putusnya akses jalan akibat derasnya luapan air Sungai Katingan. Hingga kini, belum ada laporan korban jiwa akibat musibah tersebut.

    Camat Tasik Payawan Pimanto menuturkan, luapan air Sungai Katingan mulai merendami jalan raya sejak Senin (15/1) petang. Sementara banjir di halaman permukiman warga sudah berlangsung sekitar tiga hari yang lalu. Hingga saat ini, kata dia, kondisi ketinggian air terpantau masih sama seperti sebelumnya.

    “Pokoknya kalau jalan raya ini sudah terendam, artinya rata-rata lantai rumah penduduk dipastikan ikut kebanjiran. Sepertinya belum ada tanda-tanda peningkatan (meninggi, Red), karena informasinya tidak ada hujan deras di daerah hulu,” ungkapnya, Rabu (17/1/2018).

    Lanjutnya, bahwa luapan banjir diawal tahun 2018 ini telah menerjang seluruh Kecamatan Tasik Payawan. Sebab, delapan desa di wilayahnya berada tepat di bibir Sungai Katingan. Sampai saat ini warganya masih bertahan di rumah masing-masing.

    “Ketinggian banjir terparah mencapai satu meter dari jalan. Kenapa banyak yang selamat (tidak terendam, Red), karena hampir semua bangunan rumah di sini berupa panggung. Banjir seperti ini dianggap warga sudah biasa terjadi, sehingga mereka tidak berniat mengungsi,” ungkapnya.

    Ditambahkan Pimanto, hal yang cukup mengganggu saat ini adalah putusnya akses jalan darat di semua desa. Seperti Desa Luwuk Kanan dan Luwuk Kiri, Tewang Tampang, Tumbang Panggo, Petak Bahandang, Hiyang Bana, Handiwung, dan Desa Talingke.

    “Talingke contohnya, masyarakat di sana harus mengeluarkan uang Rp 25 ribu untuk bayar jasa perahu getek kalau mau sampai ke desa atau sebaliknya. Itupun, hanya mampu mengangkut tiga unit sepeda motor bersama pengendaranya saja,” sebutnya.

    Sejauh ini, kata dia, pihaknya belum menerima laporan adanya warga yang kehilangan nyawa akibat musibah tersebut. Pimanto mengimbau, agar para orang tua selalu mengawasi setiap aktivitas anak-anak selama banjir berlangsung.

    “Saya sudah berpesan kepada semua kepala desa agar menyampaikan imbauan-imbauan antisipasi seperti itu. Terutama masalah listrik, karena banjir seperti ini memang sangat rawan. Jangan sampai ada warga kita yang menjadi korban akibat tersetrum,” imbaunya.

    Terang Pimanto, bahwa banjir di wilayahnya tersebut merupakan kiriman luapan banjir di wilayah hulu sungai. Dirinya berharap, musibah tersebut segera berakhir sehingga aktivitas masyarakatnya bisa kembali normal.

    Sementara, Kepala Desa Talingke Nidie (44), mengatakan, hampir sepenuhnya lahan pertanian di desanya terendam air. Dirinya berharap, banjir kali ini tidak berlangsung lama, sehingga membuat tanaman padi maupun sayuran mati.

    “Kalau lahan pertanian yang besar memang tidak ada, karena di sini cuma pertanian skala rumah tangga saja. Beras masih aan, walaupun harus beli di warung-warung,” pungkasnya.

    (ar/beritasampit.co.id)