Wow… Sikat Gigi Jadi Robot, Ini Caranya!

    SAMPIT – Sikat gigi dan alat getar HP ternyata bisa dibuat robot.

    Itu yang dilakukan siswa sekolah dasar (SD) yang mengikuti Workshop Robotik di Base Camp Karang Taruna Pelangi Desa Pelangsian, Minggu (28/1/2018).

    Dibimbing oleh Agung Suryo Putra dari Relawan TIK Kalteng yang juga Pengurus Karang Taruna Kabupaten Kotawaringin Timur, barang-barang tersebut dirangkai dengan kabel dan baterai jam.

    “Kita melatih anak-anak tergantung permintaan. Kadang dibuatkan workshop di luar sekolah. Kalau di sekolah, biasanya dijadikan eskul,” ujar Agung kepada beritasampit.co.id.

    Robot kaki seribu memanfaatkan kepala sikat gigi yang telah dipotong dari tangkainya. Selanjutnya meratakan sikat gigi agar bisa dipakai jalan. Bagian atas sikat gigi itu diberi ditempeli baterai jam, diberi alat getar HP dan saklar.

    Alat getar HP ini didapat dari yang rusak atau beli dipasar loak yang masih bisa difungsikan. Maka, jadilah robot kaki seribu. Dua anak yang sudah menyelesaikan robot kaki seribu pun mencobanya. “Ayo balapan…,” celetuk mereka. Lari robot cukup kencang.

    Menurut Agung, untuk siswa SD masih dibantu instruktur. “Beda jika dengan siswa SMP. Mereka sudah bisa mengerjakan sendiri/merakit,” kata dia.

    Soal desain, lanjut dia, anak-anak SD sudah bisa berimajinasi sendiri. Mereka ingin membuat robot beraneka macam.

    Namun bahannya mereka mencari sendiri dan diusahakan memakai bahan sederhana.

    Menurut Agung, yang penting bagi anak-anak SD adalah mengenalkan dasar pembuatan robot. Jika sudah paham, maka akan dinaikkan model robotnya.

    “Kalau anak SMA sudah bisa memprogram robot biasanya,” jelasnya.

    Wahyudi, Ketua Karang Taruna Pelangi menyatakan ” Karena banyak acara jadi hari ini tidak semua anak-anak bisa mengikuti”.

    Workshop pembuatan robot sederhana sekitar dua jam. Selain itu, anak-anak juga belajar berimajinasi dan menambahkan keterampilan.

    “Juga menambah keberanian siswa seperti memegang solder, tahu mana benda-benda listrik yang berbahaya dan tidak. Sehingga ada pembelajaran tidak langsung,” kata wahyudi.

    (AS/beritasampit.co.id)