Lokasi Malin Kundang Diserbu Tamu HPN di Padang, Ini Ceritanya

    Oleh : Maman (wartawan Berita Sampit)

    Dalam puncak acara HPN ke- 32 di Padang, Jumat (9/2/2015) lalu, penampilan tari kolosal Pinyangek Siso Api yang mengambil tema Si Malin Kundang disajikan oleh panitia.

    Kalau datang ke Padang tidak berkunjung ke pantai melihat batu-batu yang mirip dengan manusia dan reruntuhan kapal yang dilegendakan dalam ceritra Si Malin Kundang rasanya tidak sempurna.

    Maka tak ayal lagi l, lokasi batu-batu peninggala ceritra Malin Kundang sebelum dan sesudah peringatan HPN diserbu para tamu HPN yakni para wartawan dari seluruh penjuru Indonesia, termasuk dari PWI Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).

    Lokasi obyek wisata itu ditempuh dari pusat Kota Padang, sekitar 30 menit. Para pengunjung yang masuk diwajibkan beli tiket Rp5 ribu/orang. Rombongan PWI Kobar setelah melewati bukit Siti Nurbaya, langsung ketepi pantai, setelah menyewa sepeda motor, pengunjung tiba dilokasi.

    Menurut kisah legenda Malin Kundang, merupakan sesuatu kisah nasehat bagaimana seorang anak tidak boleh durhaka kepada orang tuanya (kepada ibunya).

    Malin Kundang sosok orang miskin dan merasa terhina di kampung halamannya, kemudian pergi merantau mengadu nasib peruntungan di rantau orang.

    Ada pepatah minang mengatakan Karantau Madang di Hulu, Babuah Babungo Balun, Marantau Bujang Dahulu, di Rumah Paguno Balun. Si anak bujang yang dianggap belum berguna, disuruh merantau, mencari ilmu, harta dan pangkat, kelak kalau sudah didapat barulah berguna, bersama do’a dan kerelaan mandeh (ibunya) pergi merantau merubah nasib.

    Malin Kundang terusir merantau menghindari cercaan sebagai “pinyangek siso api”, pergi merantau yang jauh. Singkat ceritra, Malin Kundang telah kembali merantau, datang dengan membawa kapal yang penuh dengan harta.

    Namun saat Malin Kundang tiba didarat dan dirangkul oleh Ibu kandungnya, tiba-tiba Malin Kundang mengenyahkan ibunya hingga terjerembab jatuh. Setelah ibunya jatuh langsung dicaci maki oleh Malin Kundang, dengan jata kata kasar.

    “Kamu bukan ibu kandungku”,kata Malinkundang

    yang didampingi istri cantiknya Siti Nurbaya.

    Dan saat itulah datang kilat petir yang menyambar tubuhnya, akhirnya Malin Kundang jadi batu, dan kapal layarnya pun porak poranda serta tiang kapalnyapun jadi batu. Sementara Siti Nurbaya lari ke bukit pinggir pantai, yang kini dikenal Bukit Siti Nurbaya, itulah kisah anak durhaka kepada ibu kandungnya. (*)