Kampung Surga yang Tertunda, Kapan Wilayah Utara Kotim “Merdeka”

    Catatan: Sudarmo R Nehang (Wartawan Berita Sampit Online)

    TIDAK berlebihan kalau saya beri tema Kampung Surga yang Tertunda untuk menggambarkan situasi di Pulau Utara Kotawaringin Timur (Timur) yang merupakan wilayah strategis untuk pertumbuhan ekonomi Kotim ke depan. Sayangnya, wilayah utara merupakan bagian dari pinggiran kabupaten ini yang masih tertinggal roda pembangunannya.

    Sedikitnya ada empat kecamatan di sana yakni, Kecamatan Antang Kalang, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Mentaya Hulu, dan Kecamatan Parenggean, yang mana dari peta yang ada terlihat banyak potensi ekonomi dalam jangka panjang di pulau yang berbatas dengan anak-anak sungai ini.

    Di wilayah empat kecamatan strategis ini banyak harta benda yang melimpah ruah untuk menunjang pembangunan daerah tertinggal ini, salah-satunya hasil bumi, Pertambangan, Pertanian, dan industri lainnya. Wilayah Calon Kotawaringin Utara (Kotara) ini dikenal sebagai penghasil hutan terbesar di Kotawaringin Timur di jamannya, sejak tahun 90 an, daerah ini dulu penduduknya dikenal sebagai penduduk dengan penghasilan besar, sampai ratusan juta per bulannya, dari hasil usaha perkayuan saja masyarakatnya mampu bertahan hidup bahkan menjadi milyader saat itu.

    Bahkan dari hasil investigasi, sampai saat ini perusahaan yang bergerak di bidang industri kayupun masih aktif mengeruk hasil hutan diwilayah tersebut, namun mirisnya, kondisi terakhir yakni 2018 ini, masyarakat diwilayah itu tidak lagi mengutamakan hasil hutan, melainkan beralih profesi menjadi pengusaha yang bukan di bidangnya.

    Mungkin masih banyak yang belum tahu, bahwa wilayah utara Kotim adalah penyumbang terbanyak PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk ibukotanya ini, kenapa demikian, selain investor perkebunan kelapa sawit, pertambangan maupun perusahaan industri lainnya, masih banyak calon-calon investor asing yang hendak berinvestasi diwilayah tersebut, terutama pertambangan, Buksit, Gulina, Biji Besi, dan bahkan Emas, dan Batu Bara.

    Namun catatan beritasampit.co.id dari tahun 2015 sampai 2018 tahun ini, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi diwilayah itu sampai sejauh ini belum ada peningkatan secara merata, bahkan untuk infrastruktur jalanpun masih ada desa-desa terisolir yang harus melewati jalur lintas air ketika hendak turun ke perkotaan.

    Kondisi ini sudah terjadi beberapa puluh tahun silam, perubahan yang terjadi tidak mampu mencakup angka 50 persen diwilayah itu, jika dinilai dari aspek sosial dan ekonominya wilayah Utara Kotim ini masih jauh tertinggal dibandingkan wilayah Selatan Kotim. (*)