Pembatasan Alat Tangkap dan Susah Mendapatkan BBM, Nelayan pilih Pindah Jadi Petani Pisang

    PALANGKA RAYA – Adanya kebijakan Kementerian Perikanan dan Kelautan mengenai pembatasan alat tangkap para nelayan mengakibatkan hasil tangkapan nelayan di Sei Bakau pun terus mengalami penurunan akibat kalah bersaing dengan nelayan yang datang dari Pulau Jawa. Terkait hal tersebut mengakibatkan juga para nelayan beralih profesi menjadi petani pisang.

    Informasi banyaknya Nelayan di Sei Bakau beralih profesi menjadi petani pisang saat Anggota DPRD Kalimantan Tengah, H Syahrudin Durasid melakukan reses di Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

    “Akibat kesulitan Kebijakan Kementerian Perikanan dan Kelautan mengenai pembatasan alat tangkap para nelaya serta sulit mendapatkan solar sehingga Nelayan di Sei Bakau menjadi petani pisang,” ungkapnya kepada wartawan Kamis (19/4/2018).

    Anggota Dewan dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) dan Dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kalteng II yang meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan ini berharap agar pemerintah mencarikan solusi yang terbaik bagi Nelayan.

    “Adanya pembatasan alat tangkap oleh kementerian kelautan perikanan harusnya memberikan solusi juga kepada nelayan tradisional sehingga mereka bisa bekerja kembali sebagai nelayan dan sebagai seorang petani,” ucapnya.

    Terkait kesulitan nalayan mandapat solar di stasiun pengisian bahan bakar nelayan, Syahdu mengatakan para nelayan ingin membeli solar di SPBN selalu kehabisan dan diduga telah ada oknum tertentu terlebih dahulu membeli dengan jumlah yang sangat banyak.

    “Sekarang ini nelayan di Sei Bakau terpaksa beli di tempat lain dan harganya tentu lebih mahal dari SPBN. Kita minta ini disikapi secara serius. Jangan sampai minyak solar yang seharusnya hak nelayan, malah dimanfaatkan oknum-oknum tertentu,” tutupnya.

    (nt/beritasampit.co.id)

    EDITOR: MAULANA KAWIT