Harga Gas Elpiji Tak Stabil, Dewan Minta Pemkab Adakan Operasi Pasar

    SAMPIT – Harga gas elpiji di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sampai saat ini masih tidak menentu, bahkan cenderung lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Kotim.

    Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, di Kecamatan Baamang, harga gas elpiji 3 kg melonjak hingga Rp30 ribu per tabung. Sedangkan HET untuk kecamatan tersebut hanya Rp19 ribu per tabungnya.

    Kondisi ini tentu saja membuat masyarakat di kecamatan yang rata-rata berpenghasilan menengah kebawah itu merasa terbebani dengan harga gas elpiji yang melonjak drastis tanpa ada dasar yang jelas tersebut.

    “Terus terang saja, kita sangat kaget dengan naiknya harga gas elpiji ini. Kami berharap agar harga gas elpiji ini bisa normal kembali,minimal tidak lebih jauh melenceng dari harga HET lah,” kata Basri warga Baamang Hulu, Selasa (25/4/2018).

    Sementara itu, disejumlah agen di Kotim, ibu kota Sampit, harga gas elpiji 3 kg dijual masih dengan harga stabil Rp18 ribu per tabung. Namun warung atau kios yang mengecer gas tersebut lebih mendominan untuk segi penjualannya, meskipun dijual dengan harga yang melampaui batas angka bagi orang miskin di Kotim ini.

    Menyikapi tidak stabilnya harga gas elpiji 3 kg, anggota DPRD Komisi II Dadang H Syamsu berharap Pemkab melalui instansi terkait melakukan evaluasi di lapangan.

    “Kapan perlu dilakukan operasi pasar terkait harga gas 3 kg itu. Karena bisa menimbulkan keresahan baru di masyarakat,” ucapnya.

    Menurut legislator asal dapil II ini juga, tidak stabilnya situasi harga gas elpiji saat ini sama persis dengan kondisi distribusi minyak tanah (mitan) bersubsidi dulu yang banyak jauh dari kata tepat sasaran.

    “Sebab itu persoalan ini jangan dianggap enteng, dinas terkait harus segera turun kelapangan untuk menggelar operasi pasar terkait tidak stabilnya harga gas elpiji,” tutupnya.

    (drm/beritasampit.co.id)