Acara Refleksi 20 Tahun Reformasi Hanya Ajang Pertemuan Tanpa Solusi

    JAKARTA – Acara Refleksi 20 tahun Reformasi di Gedung DPR RI, Senin (21/5/2016) hanya ajang pertemuan para pelaku reformasi seperti aktivis mahasiswa Fahri Hamzah, yang kini menjadi Wakil Ketua (Waket) MPR, tokoh Amien Rais didampingi Albert Hasibuan, minus pelaku utama Tokoh Ciganjur yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono serta Megawati Soekarnoputeri.

    Hasilnya tanpa solusi untuk memberi masukan kepada pemerintahan yang berkuasa.

    Acara yang bernuansa diadakan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) ini lengkap dihadiri Ketua MPR Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum PAN.

    Pertemuan itu seperti angin saja, selesai kunci pembicara Amien Rais, langsung bubar tanpa ada rekomendasi untuk pemerintahan yang berkuasa sekarang.

    Kesannya, diskusi hanya arena menyindir pemerintahan yang berkuasa dan ada upaya untuk mendorong Amien Rais dijadikan Capres 2019 dengan dikupas melalui pembicara Fahri Hamzah yang menomorsatukan Amien Rais tokoh menonjol pada saat perjuangan reformasi 20 tahun lalu.

    Bahkan Fahri mengumpamakan Amien seorang supir yang membawa mobil penuh muatan amanat rakyat, dibandingkan yang lain membawa mobil kelas Bajaj.

    Albert Hasibuan saat diberi kesempatan bicara hanya menjelaskan tentang upaya mendirikan partai baru setelah terjadi reformasi.

    Sedangkan Amien Rais saat diberi waktu bicara mengawali dengan merendah diri bahwa banyak orang berperan dalam reformasi itu. “Bukan saya sendiri, ada yang lainnya,” tegasnya.

    Amien bercerita tentang kilas balik detik-detik Soeharto jatuh setelah Gedung DPR/MPR dikuasai oleh mahasiswa.

    “Saat Pak Harto mau lengser malam hari saya didatangi Yusril Ihza Mahendra yang mengatakan utusan dari Pak Harto mau mundur. Tapi tidak bisa diadakan di Gedung MPR karena dikuasai massa mahasiswa. Saya jawab saja dimana saja bisa untuk mengumumkan lengser keprabon itu yang penting lengser,” kata Amien.

    Sebelum lengser itu juga Pak Harto memberitahunya bahwa yang meneruskan jabatan presiden adalah BJ Habibie saat itu wapres.

    “Saya jawab saja, memang begitu aturan konstitusinya,” ucapnya.

    Akhirnya terjadi lengser yang merupakan cita-cita dari aksi para mahasiswa.

    “Hanya saja setelah Pak Harto lengser muncul pahlawan kesiangan yang menginginkan Pak Harto diadili,” ujarnya.

    Dia juga mengingatkan bagi yang hadir untuk siap-siap jika sudah jatuh ditinggalkan orang-orang tapi saat berkuasa banyak yang mendekat. Hal itu dialami oleh Pak Harto saat malam menjelang mau membuat pernyataan lengser, semua orang menjauh darinya, dia tinggal sendirian.

    “Hal ini saya ketahui ketika ada salah seorang dokter dekat Pak Harto menceritakan pada saya,” ucapnya.

    Orang yang hanya mendamping Pak Harto itu adalah Saadilah Mursyid, Mensesneg, sambungnya.

    Amien juga mengingatkan agar jangan mudah leluasa memberikan peluang kepada asing untuk mengelola wilayah di Indonesia ini karena jika sudah terjadi sulit untuk dikembalikan.

    Ambil contoh reklamasi pantai di Pulau Seribu, itu untuksiapa? untuk yang tidak mampu tidak mungkin memiliki, tapi untuk yang berduit tentu saja orang asing akhirnya banyak berdiam di lokasi yang baru dibangun dengan harga jual mahal, sambungnya.

    Sebelumnya Ketua MPR Zulkifli Hasan mengingatkan bahwa reformasi ini masih jauh api dari panggang, masih ada yang harus diselesaikan seperti kemiskinan, lapangan kerja.

    Acara ini hanya habis setelah selesai Amien bicara, karena apapun juga hasil diskusi ini tidak memberikan pengaruh kepada pemerintahan yang berkuasa karena tidak satupun ada wakil dari kementerian pemerintahan yang berkuasa.

    (jan/Beritasampit.co.id)

    EDITOR : MAULANA KAWIT