Jainudin Karim : Masyarakat Jangan Mau Jadi Kepanjangan Tangan Teroris Dimedia Sosial

    SAMPIT – Penyebaran berita atau informasi atas peristiwa aksi terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu bagaikan ‘udara’. Kabar itu dengan cepat diterima seluruh kalangan masyarakat umum melalui media sosial hingga kesemua penjuru pelosok Desa ditanah air.

    Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi II DPRD Kotim, Jainudin Karim, dari Fraksi Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menyebut media sosial saat ini seperti sudah menjadi instrumen untuk mempercepat radikalisasi pada jiwa seseorang.

    “Elemen yang mempercepat radikalisasi itu adalah media sosial, sasarannya pengguna akun yang tidak dapat menyaring informasi yang diperoleh sehingga dengan ringan tangan menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya,” kata Jainudin, Senin (21/5/2018) di Sampit.

    Dengan melakukan penyebaran berita yang belum terkonfirmasi dengan benar lanjut Jainudin, secara tidak sadar, kita telah menjadi ‘juru bicara’ sang teroris. Karena kita ikut menyebarkan ketakutan tersebut.

    “Oleh sebab itu dalam menerima berita atau informasi, sebaiknya crosscheck terlebih dahulu. Minimal cek di media-media yang terpercaya. Jika belum ada berita atau pernyataan resmi dari pihak kepolisian atau pihak terkait lainnya, sebaiknya abaikan jangan dibagikan di medsos,” himbaunya.

    Menurutnya,jika berita media masih berjudul ‘diduga’, jangan juga langsung menyebarkannya. Karena pihak media pun belum dapat konfirmasi mengenai hal tersebut. Lebih baik sabar dulu hingga pernyataan resminya keluar, baru membaginya ke sosial media.

    “Kemudian hal lain yang sebaiknya tidak dilakukan dalam bermedia sosial dengan baik menurutnya, tidak menyebarkan foto-foto korban dengan alasan apapun. Kita harus menghormati mereka juga keluarga korban. Berempatilah sedikit, bagaimana perasaan Anda jika ada di posisi mereka,” ungkapnya.

    Jika ditarik ke arah lebih jauh lagi kata Jainudin, dalam menyebarkan hoax atau yang belum terkonfirmasi, apalagi dengan membuat hashtag tertentu lalu menjadikannya trending topik seluruh dunia di sosial media, akan menjadi pisau bermata dua.

    “Di satu sisi, dunia (mungkin) akan bersimpati, di sisi lainnya, ini juga membuat negara kita Indonesia terlihat ‘lemah’ di mata dunia. Sebab berita mengesankan bahwa Indonesia sedang berada di bawah ancaman. Risiko jangka panjang yang akan dirasakan adalah kerjasama di bidang ekonomi dan politik dengan negara lain bisa saja menjadi terganggu,” tutupnya.

    (drm/beritasampit.co.id)

    EDITOR : MAULANA KAWIT