Suasana Buka Puasa di Ruang Wartawan  DPR, Unik!

    JAKARTA – Ruang wartawan DPR sekarang bernama Media Center DPR di Gedung Nusantara III, lingkungan Senayan, Jakarta Pusat, menjelang dua puluh menit buka puasa pada hari ke 19 Ramadan, puluhan wartawan yang selesai meliput berita beramai-ramai mengambil takjil.

    Hari itu menunya nasi kotak mini bernerk Mamayu, isinya nasi sekepal, seekor kecil kepiting goreng cangkang lunak, satu kantong kecil sayur cap cay dab sekantong sambal.

    Kotak makanan itu tersusun rapi di atas meja samping kanan depan pintu ruang Pengurus Koordinatoriat Wartawan Parlemen. Kotak ini disajikan untuk yang berbuka puasa tetapi bagi yang tidak berpuasa juga boleh ambil.

    Suasana ini hanya ada di Media Center DPR saat bulan Ramadan setiap hari kerja dari Senin sampai Jumat.

    Dilihat dari kegiatan buka puasa khusus di tempat lain untuk mangkal wartawan di wilayah Jakarta yang hanya mengadakan buka puasa setiap hari hanya di DPR ini saja.

    Penyebabnya, karena di ruang wartawan yang menyediakan takjil setiap hari hanya ada di sini saja.

    Bahkan di Media Center DPR ini ada yang belum keluar sampai malam hari bahkan terakhir meninggalkan ruang itu di bulan Ramadan ini jam satu malam dengan pemikiran saat pulang ke rumah sudah sahur.

    Sedangkan bagi wartawan yang kebetulan meliput di Gedung DPR sementara beberapa menit menjelang buka puasa, maka bisa masuk ke ruang wartawan dan akan mendapat takjil bisa berupa goreng tempe, tahu dan air teh hangat.

    Soal menu untuk takjil setiap hari tidak harus goreng saja bisa dapat juhg nasi kotak seperti hari ke 19 itu.

    Kadang takjil menu ada kolak, cendol, es kelapa yang dikemas dalam cup besar juga kadang Pisang Hijau khas dari Makasar.

    Saat pengambilan takjil inilah terlihat suasana kekeluargaan saling bantu seperti yang belum dapat takjil oleh yang dekat takjil lebih akan mengambilkan sehingga dapat takjil.

    Suasana ramai terjadi saat menunggu adzan tanda buka puasa. Karena masing-masing hp android punya program adzan, ada suara adzan yang duluan bunyi padahal masih tiga menit waktu adzan benaran.

    .

    Hal itu membuat yang lainnya ragu di dalam ruangan ini jika serentak mendengsr adzan bersumber dari hp, sungguhpun waktu buka benaran.

    Akhirnya ada yang sengaja beberapa detik untuk menahan buka Deni meyakinkan waktu bukanya afdol.

    Soal menu buka puasa ini kadang ada kejutan seperti dua hari awal Ramadan menjelang buka jam 17.20 WIB datang satu kotak besar makanan bermerk Kentucky Fried Chicken. Semua mengambil satu kotak untuk persiapan buka.

    Setelah mendengar adzan magrib para wartawan dan wartawati itupun menikmati takjil. Selesai itu bagi yang mau salat Magrib ada ruang musholla di pisah dinding ruangan.

    Mereka ini sebagian ada yang sudah berkeluarga, punya anak dari sekolah SMP, SMA dan kuliah. Bagi yang masih punya anak kecil atau pengantin baru biasanya sudah pulang sebelum jam tiga sore agar bisa buka bersama keluarga di rumah.

    Maklum jarak rumah mereka sebagian ada 15 km sampai 25 km. Bahkan ada tinggal di Bogor jaraknya sekitar 65 km.

    Saat buka puasa di Media Centee ada wartawan umuran menyeletuk, “Kalau sudah suasana begini baru terasa membayangkan enaknya buka puasa bersama keluarga,”

    Celetukkan itu dibalas temannya, “iya, sih, jika rumah dekat bisalah berkumpul berbuka. Nah, kalau kita ini mau pulang , ya , sampainya sudah habis Tarawih,”

    Mereka yang memilih buka puasa di sini karena selain jarak rumah saat pulang sangat jauh juga kendala di jalan yang jika sudah jam empat ke atas macet di sekeliling Gedung DPR juga jalan arah menuju rumah apalagi arah Bekasi, Tangerang, Cibubur, Sentul dan lainnya.

    Pertanyaannya, siapa yang mendanai takjii itu untuk jumlah sekitar 50-an wartawan tiap hari buka puasa?

    Tahun tahun sebelumnya pembelian takjil selain menggunakan kas pengurus Koordinatoriat Wartawan Parlemen juga dibantu oleh donatur sebagian anggota DPR.

    Seperti beberapa hari buka puasa ini ada menu nasi kotak makanan unik mungil merk Mamayu, isi dalam kotak nasi sekepal, daging ayam dipotong tipis digoreng sebungkus orek tempe dan sekantong kecil saos ayam. Ganti hari teman nasi cumi kadang kepiting goreng.

    Makanan ini santer disebut dari donatur Ketua DPR Bambang Soesatyo.

    Mengenal takjil apakah dibeli dari uang kas pengurus wartawan atau ada donatur terlihat dari bentuk jenis sajian. Jika goreng-gorengan saja maka itu pasti dari kas pengurus.

    Beda saat ada menu istimewa berupa makanan nasi kotak , itu pasti ada yang kirim dari donatur untuk wartawan bika di Media Center ini

    Haj yang unik bagi wartawan di sini seperti tradisi tidak tertulis bahwa di Media Center, setiap tahun saat Ramadan selalu ada takjil. begitu juga kepengurusan sekarang dengan Ketua Ramdony Setiawan mempertahankan tradisi itu.

    Kadang beberapa teman wartawan yang tahunan meliput di sini bernostalgia ingat berbuka dengan Pisang Hijau, khas kue Makassar. Cirinya pisang dibalut tepung warna hijau dikasih saos santan warna putih dan sedikit sirup warna merah.

    Memori sebagian wartawan yang lama mangkal di tempat ini ingat Pusang Hijau itu,

    karena beberapa tahun lalu setiap hari buka puasa disuguhkan kue khas itu, sumbernya dari donatur Anis Matta dari Fraksi PKS yang saat itu menjabat waket DPR. Kebetulan keluarga Anis ini usahanya Pisang Hijau sehingga tiap buka selalu ada takjil itu.

    Menu mewah sistem prasmanan ditemukan wartawan jika ada pimpinan DPR, MPR dan DPD atau pimpinan fraksi atau komisi mengadakan buka bersama.

    Tetapi bagi wartawan yang buka puasa di Media Center DPR sekarang ini tidak begitu cerewet. Menerima apa adanya untuk berbuka, jika ada takjil sederhana makan ramai-ramai, jika ada menu yang agak wah, makan ramai juga.

    Hanya saja dari semua tempat bekerja wartawan cuma di Media Center ini mengadakan takjil tiap hari sejak puluhan tahun, tradisi ini berlangsung terus.

    Sedangkan model menu bukanya ada menu sederhana atau agak mewah, tergantung angin rezekinya.

    (jan/beritasampit.co.id)