ABDUL HAFID : Menjawab Tantangan Founding Fathers, Pemuda dan Masa Depan

    “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. (Bung Karno).

    Itulah kutipan selalu di kumandangan Founding Fathers kita bapak bangsa Indonesia terhadap para pemuda.

    Ungkapan tersebut tidak dapat dipahami hanya sekedar tekstual sehingga maknanya tidak akan mendiskreditkan para kaum tua, melainkan pandangan bijak dari para Founding Fathers betapa menaruh harapan besar kepada para pemuda yang di yakini sebagai ujung tombak sumber daya manusia (SDM) dalam pembangunan Indonesia menuju keadilan sosial, makmur dan diridhoi Allah Swt.

    Perubahan zaman yang mengharuskan cara perjuangan dalam mencapai pembangunan tersebut membuat kaum muda memiliki ciri tersendiri dalam mengeksplorasikan diri di era Millineal atau yang sering disebut Zaman Now.

    Sebelumnya Abdul Hafid menjelaskan cara baru interaksi pemuda zaman Now mengeksplorasi diri menggunakan alat smart phone di Media Sosial, Seperti Facebook, Tweiter, Instagram, Line dan lain-lain. Menjadi sebuah potensi dan ancaman bila tidak di perhatikan dan dibina oleh keluarga maupun pemerintah.

    “Coba liat interaksi pengguna media sosial di dominasi para kaum millineal dimana mereka mampu menggerakan dan membentuk opini masyarakat menjadi hal yang luar biasa, hati-hati dengan shere dan Like mereka. Ini cara gerakan baru kaum millenial dalam berinterkasi,” terangnya.

    Hal tersebut dilihat dari potensi Indonesia yang memiliki Bonus demografi yaitu jumlah usia angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen di mana penduduk usia produktif sangat besar.

    Segudang cita-cita para pemuda khususnya Kalimantan Tengah untuk membangun ‘Bumi Pancasila, Bumi Tambun Bungai’ bentuk wujud kecintaan terhadap Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat ketika pemuda mulai mengambil peran dibidang Budaya, Sosial, Kesehatan, Pendidikan bahkan Wirausahawan dalam memajukan daerah.

    Tentu langkah ini tidak hanya sampai disana saja, masih banyak PR yang harus diselesaikan oleh para kaum muda mengisi pembangunan dengan sekala yang lebih besar.

    Lalu bagaimana mewujudkan itu semua?

    “Kita Hanya bisa berencana, Biarkan Hasil Tuhan yang memutuskan. Setidaknya kita berusaha untuk berbuat lebih baik,” ucap Abdul Hafid yang sekarang berusaha menjadi bakal Calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Kalteng.

    Kenapa harus Jalur Politik yang dipilih?

    Selama bergelut di organisasi Sosial Karang Taruna, dirinya melihat sendiri kondisi kehidupan masyarakat, khususnya di desa-desa.

    Tidak hanya semasa menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Kabupaten Kotawaring Timur, kegiatan itu semakin ditingkatkannya setelah dirinya dipercaya menjadi Ketua Karang Taruna Provinsi Kalimantan Tengah.

    Setiap berkunjung ke desa-desa di Kabupaten atau kota di Kalimantan Tengah, banyak keluhan dan aspirasi disampaikan masyarakat kepadanya.

    Namun sebagian solusi permasalahan itu teryata justru harus diperjuangkan di tingkat pusat karena kewenangan ada di tangan pemerintah pusat.

    Apa konsep yang dibawa menuju Senator For DPD RI?

    Bergerak dan berjuang tanpa tujuan yang jelas tentu akan menjadi keniscayaan, sama dengan berjuang tanpa memiliki konsep pembangunan daerah itu sia-sia.

    MARI MEMBANGUN DESA. . . . .Bersambung

    (Maulana.Kawit/Beritasampit.co.id)