Suasana di Kantor Pusat Golkar Berubah, Trah Soeharto Hilang

    JAKARTA – Memasuki lingkungan Kantor Dewan Perwakilan Pusat Partai Golkar di jalan Anggrek Nelly, Jakarta Barat, kini berubah total.

    Dulu di tempat ini hanya ada tiga bangunan berbentuk rumah dengan bangunan utama bertingkat dua sebelah kanan jika berdiri di pintu masuk utama kantor ini. Agak ke dalam sebelah kanan bangunan ruang pertemuan utama. Seberang dari bangunan ini dipisah tempat parkir bangunan kantor
    Angkatan Muda Pembaharuan Golkar (AMPG).

    Berjalan waktu bertambah bangunan satu gedung di depan gedung utama dengan empat tingkat. Di sinilah sekarang kantor Ketum, ruang sekjen dan ketua bidang-bidang juga ruang rapat utama digunakan untuk memberikan keterangan pers.

    Setelah Setya Novanto menjabat Ketum, lingkungan di kantor DPP berubah total, bangunan gedung. AMPG diruntuhkan kini dinangun gedung bertingkat yang infonya gedung ini untuk sarana pendidikan politik kader Partai Golkar sejenis lembaga pendidikan.

    Sementara di lobi gedung tempat pimpinan Golkar sejak Setya Novanto pula ditata rapi sehingga jika berada di tempat ini sepertinya di lobi hotel berbintang lima. Dinding dari lantai satu ke empat dilapisi playwood tipe permukaan kayu natural bersanding dengan ukiran kaca warna-warni digabung dengan solder timah, menambah ruangan jadi asri.

    Di lingkungan kantor ini sejak Soeharto berkuasa dengan kendaraan Partai Golkar sejak Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang.

    Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan Golkar.

    Sehingga kantor itu pada zaman itu bercahaya. Setelah Soeharto lengser, mulai kantor ini cuci bersih dengan menghilangkan simbol berbau Soeharto. Tetapi anak Soeharto seperti Tomi dan Titiek masih diberi arena giat berpolitik di partai ini. Aroma Cendana masih ada.

    Berjalan waktu Tomi keluar dari Golkar mendirikan partai baru bernama Berkarya.

    Melihat kondisi sekarang di halaman kantor dan di arena luas parkir terasa partai ini tidak mau ketinggalan menyemarakkan tahun politik. Hal itu terlihat saat marak dengan baliho foto Jokowi bersanding dengan foto Ketum Airlangga Hartarto ada tulisan yel-yel GOJO singkatan Golkar Jokowi.

    Melihat prestasi Golkar masuk ke pemerintahan berkuasa sekarang yaitu Jokowi sangat berhasil setelah kader senior Golkar jadi wapres yaitu Jusuf Kalla diikuti sekarang Idrus Marham sekjen Golkar jadi menteri sosial. Juga Ketum Golkar Airlangga merangkap jabatan Menteri Perindustrian. Dijajaran kepresidenan ada Mochtar Ngabalin yang baru saja dilantik.

    Golkar juga berhasil mencetak kader di hampir parpol yang berkembang dari tiga fusi yaitu Golkar, PPP dan PDI.

    Setelah berjalan waktu dengan parpol baru muncul, maka para kader Golkar itupun menyebar ke PDIP yang kadernya kini jadi Mendagri Tjahyo Kumolo di Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan termasuk Ketumnya Surya Paloeh. Di Partai Demokrat ada kader Golkar Poltak Sitompul.

    Tiba-tiba tidak ada hujan dan angin kader Golkar anak biologis Soeharto Titiek Soeharto hengkang dari partai yang membesarkan nama ayahnya dan identik Golkar adalah Soeharto setelah reda terkikis reformasi.

    Titiek hari Senin (11/6/2018) menyatakan bergabung dengan partai baru yang didirikan adiknya Hutama Mandala Putra alias Tomi Soeharto dengan Sekjen Priyo Budi Santoso, pentolan kader Golkar yang sudah merasakan asam garam perpolitikan di Indonesia.

    Hengkangnya Titiek dari Golkar ke Berkarya sehingga mempertegas bahwa Partai Berkaya kini membawa bendera keluarga Cendana alias keluarga Soeharto yang membuat Golkar selain kehilangan trah Soeharto juga kehilangan pendukung suara yang masih cinta Soeharto.

    Sehingga kini di DPP Golkar selain suasana bangunan berubah juga susunan personalia pengurus DPP berubah dan kehilangan aroma Cendana.

    Kini Golkar kehilangan dua kader terbaiknya yaitu Mahyudin yang kuat suaranya di Kaltim dan Titiek Soeharto yang kuat suaranya di Jawa Tengah.

    Titiek juga menyatakan mundur dari keanggotaan DPR dari Fraksi Golkar karena konsekuensinya meninggalkan partai, niatnya hengkang itu benar-benar tidak terdeteksi para wartawan, bahkan orang dekatnya sangat pintar rapat-rapat tutup mulut.

    Tapi dengan sikap Titiek yang hengkang dari Gokar, kini bergabung dengan partai kental keluarga Cendana, dia jeli memanfaatkan kerinduan sebagian rakyat suasana kehidupan seperti era ayahnya Soeharto dengan sticker foto Soeharto senyum sambil melambaikan tangan di tempel di kaca mobil belakang pribadi atau angkutan umum dan di tulisan belakang bak truk, ‘Piye Enak Dijamanku,To’ kata singkat ini menyindir penguasa sekarang.

    Titiek kini sudah tidak di Golkar lagi dia bertarung di partai keluarganya, sehingga trah Soeharto di Partai Golkar mulai redup. Kini bercahaya di Partai Berkarya.

    Pertanyaannya, apakah sejarah dinasti keluarga Soekarno yang bangkit dengan PDIP melalui Ketum Megawati Soekarnoputri akan terulang juga dengan bangkitnya keluarga Soeharto dengan Partai Berkarya?

    Keluarga Bung Karno bisa bangkit salah satunya tentang ideologi Pancasila.
    Sedangkan Soeharto semasa berkuasa dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita ditambah berhasil swasembada pangan.

    Sehingga melihat suasana di kantor pusat Golkar sekarang sudah kehilangan trah keluarga dari Cendana, Soeharto karena putri dari keluarga Cendana ini hengkang dari partai itu.

    (jan/Beritasampit.co.id)