Setelah 39 Tahun Beroperasi, Pabrik Kayu Lapis PT Korindo Bakal Ditutup

    Editor: A Uga Gara

    PANGKALAN BUN-PT Korindo Ariabima Sari (Korondo Group), Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat mengumumkan perusahan kayu lapis itu berhenti beroperasi per 20 Oktober 2018 mendatang.

    Pengumuman yang di tandatangani Wakil Direktur, Kim Youn Mon tersebut beredar melalui media sosial facebook Informasi Fasilitas Layanan Publik Pangkalan Bun yang diposting akun facebook @ Indra Al Fian, sekitar 04.03 WIB, Kamis (11/10/2018).

    Dalam pengumuman yang ditujukan kepada karyawannya tersebut, sebagai pimpinan dengan rasa sedih, namun terpaksa mengumumkan penutupan operasional perusahaan yang sudah 39 tahun beroperasi tersebut.

    “Saya mewakili manajemen perusahaan ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada karyawan dan karyawati yang selama ini telah bekerja sama dalam membangun perusahaan yang kita cintai ini,” tulisnya.

    Menurut dia, selama ini suka dan duka telah di lalui bersama, yang membuat semua menjadi lebih dewasa dan bijaksana. Tetapi situasi persaingan bisnis dan iklim usaha saat ini semakin sulit sehingga membuat keuangan perusahaan terus mengalami masalah.

    “Hingga pada akhirnya rapat Dewan Direksi terpaksa memutuskan untuk menghentikan kegiatan operasional per tanggal 20 Oktober 2018 dengan tetap mendahulukan pemberian hak-hak karyawan sesuai UU yang berlaku di Indonesia,” jelas Kim Youn Mon dalam pengumumannya.

    Meski demikian, Kim Youn Mon tetap memberi harapan kepada karyawan untuk tetap bisa bekerja dengan karyawan yang jimlah kecil. Karena operasional pabrik juga kecil. “Pelaksanaan rencana operasi pabrik dengan skala kecil, dengan struktur organisasi yang lebih ramping dan sistem baru akan diumumkan secepatnya,” tukasnya.

    Menanggapi surat yang beredar di medsos, Manager Personalian PT.Korindo Ariabima Sari, Muhammad Reza, Sabtu (13/10/2018) kemaren mengatakan, neraca keuangan perusahan etrus menerus mengalami defisit.

    “Hamper 10 tahun belakangan ini neraca keuangan perusahaan mengalami defisit akibat adanya penurunan pesanan yang disebabkan memburuknya kondisi pasar utama yaitu Timur Tengah dan Jepang. Walau demikian perusahaan masih bisa bertahan, hingga 3 tahun lalu kita masih mencatat nilai ekspor lebih dari 13 ribu meter kubik per bulan,” katanya.

    Namun memasuki tahun keempat hingga diputuskan perusahaan berhenti beroperasi, ucapnya.menimpali, nilai ekspor perusahaan kian menurun hingga menyentuh angka 6 ribu meter kubik per bulan.

    “Akhirnya nilai ekspor semakin menurun. Sehingga menyebabkan semakin minusnya neraca pendapatan bila dibandingkan dengan penerimaan perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak lagi beroperasi dan dengan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja pada 1.076 orang karyawan,” timpalnya.

    (man/beritasampit.co.id)