R. Aria Wiriaatmadja, Pahlawan Perbankan Yang Terlupakan

    Kiprah Dalam Perbankan

    Disebutkan bahwa Bank Pemerintah pertama dan tertua di Republik Indonesia adalah “Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren” atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi).Didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja, pada tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

    Setelah beberapa tahun berdiri, Pada tahun 1912 “Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren” berganti nama menjadi “Centrale Kas Voor Volkscredietwezen”

    Bangunan Peninggalan “Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren”

    Pada tahun 1934 pemerintah hindia Belanda, merubah kembali namanya menjadi “Algemene Volkcredietbank (AVB)”

    Pada masa pendudukan Jepang 1942-1946, banyak bank yang ditutup dan dilikuidasi. Tetapi “Algemene Volkcredietbank (AVB)” diambil alih Jepang dan berganti nama lagi menjadi “Syomin Ginko”. Syomin Ginko pada masa pendudukan Jepang juga ditugasi menangani perkreditan untuk pengumpulan dan penggilingan padi serta menerima tabungan rakyat. Dalam pertumbuhan ekonomi nasional, Syomin Ginko juga ikut andil dengan memberikan bantuan kredit kepada pengusaha golongan menengah nasional yang mulai bermunculan menggantikan pengusaha Belanda yang mulai lenyap.

    Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa (AVB)/Syomin Ginko adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.

    Baru pada tahun 1951 berdasarkan UU No 12, Badan Hukum Algemene Volkscredietbank (AVB)/Syomin Ginko dihapuskan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang merupakan hasil nasionalisasi dari the Algemene Volkscredietbank (AVB) yang sejak semula diprioritaskan untuk menyalurkan kredit kecil, dan pengusaha-pengusaha pedesaan. Pada tahun 1957 BRI telah mempunyai modal sebesar Rp 350 juta yang berasal dari Pemerintah, dan berhasil menyalurkan kredit sebesar sebesar Rp 797 juta. Sebesar 30 % dari total penyaluran itu diperuntukkan untuk usaha kecil, sedangkan pagu kredit untuk usaha kecil itu 50-60 % dialokasikan untuk industri kecil manufaktur, perdagangan dan usaha pertanian.

    (Agung/BeritaSampit.co.id)