R. Aria Wiriaatmadja, Pahlawan Perbankan Yang Terlupakan

    Berita Sampit – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Demikian slogan yang sering kita dengar. Dan para pahlawan itu sebagian besar terbaring di Taman Makam Pahlawan di seluruh pelosok negeri serta namanya diabadikan menjadi nama-nama gedung, monumen, maupun jalan-jalan raya di berbagai kota.

    Namun, kalau kita tanya siapakah yang mengenal nama Raden Aria Wirjaatmadja? Hampir 9 dari 10 orang Indonesia mungkin akan menggelengkan kepalamnya karena tidak mengenal nama ini. Jika anda sedang jalan-jalan ke Banyumas, sudi kiranya mampir ke kota Purwokerto dan berkunjung ke Museum BRI yang ada di persimpangan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Wiryaatmadja atau Jalan Bank ini.

    Museum BRI Purwokerto,yang berada di persimpangan Jalan Wiryaatmaja dan Jendral Sudirman

     

    Gedung ini menjadi satu dengan Gedung BRI cabang Wiryaatmadja Purwokerto. Sekilas tidak ada yang istimewa dengan gedung ini, kecuali sebuah monumen berbentuk patung yang ada di halamannya. Patung ini adalah patung Raden Aria Wirjaatmadja, sang pendiri De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren, pada tahun 1895 yang kemudian dijadikan hari jadi Bank Rakyat Indonesia.

     

    Raden Aria Wirjaatmadja lahir dari pasangan Raden Ngabehi Dipadiwirja (Kepala Demang Prajurit Ayah) dengan anak dari Mas Ngabehi Kertajaya (Surakarta) di Adireja, Banyumas Agustus 1831.

    Pada 1853, ketika berusia 21 tahun, Raden Aria Wirjaatmadja sudah bekerja menjadi Juru Tulis Katrolir Belanda di Banjarnegara, namun jabatan ini hanya dipegang selama kurang 2 tahun saja. Kemudian Raden Aria Wirjaatmadja menjadi Mantri Polisi di Bawang, Distrik Singamerta, Banjarnegara selama 9 tahun.

    Pada tahun 1863, beliau diangkat menjadi Wakil Wedana Batur dengan masa jabatan selama 3 tahun. Kemudian karirnya mulai menanjak menjadi Wedana Definit Batur, Banjarnegara 3 Agustus 1866, akhirnya dimutasikan ke tempat kelahirannya menjadi Wedana Adirerja.

    Namun beberapa tahun kemudian, beliau dimutasikan ke bagian lebih penting di Banyumas. Setelah 5 tahun menjadi wedana, beliau diangkat lagi menjadi Patih di Purwokerto pada 1879. Jabatan ini dipegang hingga pensiun pada tahun 1907.

    (Agung/BeritaSampit.co.id)