Dokter asal Indonesia Akan Terapi Cuci Otak 1.000 Warga Vietnam di RSPAD, Siapakah Dia?

    JAKARTA -Tak banyak orang mengenal nama pria yang berprofesi dokter ini. Kecuali kalangan medis atau penderita stroke yang pernah sembuh berkat tangan dinginnya.

    Namanya mencuat ke publik setelah mendapat sangsi dari dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar lkatan Dokter lndonesia (MKEK PB lDl).

    Pasalnya, pengobatan stroke ala dokter ini dianggap tidak biasa dan melanggar kode etik karena metode ‘cuci otak’ yang menggunakan Digital Subtraction Angiography (DSA).

    Baru-baru ini namanya mencuat kembali dan jadi pusat perhatian khalayak banyak. Siapakah dokter itu, dia adalah

    Mayor Jenderal Terawan Agus Putranto, SpRad(K) atau Dokter Terawan yang bertugas di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.

    Dilansir dari tempo.co, Selasa (12/11/2018), Mayor Jenderal Terawan Agus Putranto atau Dokter Terawan secara tidak langsung mendapat pengakuan dari negara tetangga.

    Pengakuan itu datang dari kesepakatan nota kesepahaman kerja sama pengobatan yang ditandatangani oleh Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan PT Clinique Suisse.

    Nota kesepahaman kerja sama itu menyoal pengobatan dengan cuci otak menggunakan metode Digital Substraction Angiography (DSA) bagi 1.000 warga negara Vietnam yang mengunjungi Indonesia.

    Kerja sama ini adalah realisasi dari program medical tourism yang dicanangkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata. Dalam penandatanganan kerja sama ini, hadir pula Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Pham Vinh Quan.

    “Ke depannya, DSA diharapkan dapat menjadi ilmu masa depan kebanggaan Indonesia dan menjadi pioneer dalam mengimplementasikan program pemerintah dan menyukseskan medical tourism,” kata Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Mayor Jenderal Terawan Agus Putranto atau Dokter Terawan di Jakarta pada Senin, 12 November 2018.

    Kepala Clinique Suisse, Harianto, yang turut mengakomodasi pengobatan terhadap 1.000 pengunjung Vietnam, yakin kerja sama ini akan menjadi babak baru dalam hubungan bilateral Indonesia dan Vietnam. Ia juga menyebut metode DSA bisa digunakan untuk menarik pasar luar negeri.

    “Apa yang dilakukan RSPAD dan Dokter Terawan dengan DSA-nya telah banyak dikenal masyarakat Indonesia dan sebagian masyarakat luar negeri. Berkaitan dengan medical tourism, kami melihat ada peluang di mana pengobatan dengan DSA ini merupakan keunggulan RSPAD yang bisa digunakan untuk menembus pasar internasional,” ucap Harianto.

    Duta Besar Vietnam Pham Vinh Quan dalam sambutannya juga memberi respons baik terkait kerja sama ini. Ia menyebut nota kesepahaman ini merupakan kemajuan bagi dua negara, terutama dalam bidang turisme dan kesehatan.

    Metode DSA atau brain wash atau cuci otak adalah inovasi yang diperkenalkan Dokter Terawan sejak 2004. Metode ini sempat menimbulkan kontroversi karena Dokter Terawan disinyalir melanggar kode etik dalam penggunaan DSA. Pelanggaran tersebut meliputi promosi masif terhadap suatu metode yang belum teruji penggunaannya sebagai pengobatan.

    (net/gra/beritasampit.co.id)