Disbudpar Kotim Gelar Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu

    Editor: A Uga Gara

    SAMPIT -Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur menggelar Upacara Ritual Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu (Ruwatan Bumi) yang bertempat di Taman Miniatur Budaya Sampit.

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Fajrurrahman mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya dan merupakan salah satu Destinasi Wisata Kabupaten Kotim.

    “Ini merupakan kegiatan rutin umat hindu kehariangan yang bertujuan untuk mendoakan agar masyarakat dan daerah ini dihindarkan dari berbagai bencana dan gangguan dari pihak manapun dan kegiatan ini merupakan destinasi wisata kabupaten Kotim,” ucap Kepala Disbudpar Fajrurrahman, Senin (26/11/2018).

    Fajrurrahman juga mengatakan, didalam kegiatan ritual ini para tamu undangan diberikan tampung tawar dan selanjutnya dilanjutkan dengan tarian ‘Manganjan’ atau menari membentuk pormasi melingkar.

    “Ada tarian manganjan dan nantinya puluhan umat Hindu Kaharingan akan mengelilingi kota menggunakan mobil hias untuk melakukan ritual Mamapas Lewu atau membersihkan kampung sambil membawa sangkurup jatha yakni rumah kecil yang berisi semacam sesajen dan nantinya akan dilarutkan ke Sungai Metaya,” tambahnya.

    FOTO: PUTRI/BS-Tetua adat saat mamapas lewu yang artinya membersihkan alam dan lingkungan hidup (Petak Danum) beserta segala isinya dari berbagai sengketa, marabahaya, sial wabah penyakit (Rutas Pali) dan sebagainya dari Kotim.

    Fajrurrahman berharap, pada kegiatan tahun depannya akan lebih meriah pada tahun ini dan akan akan terus ditingkatkan, dengan harapan para masyarakat dan wisatawan akan berdatangan untuk menyaksikan kegiatan ini.

    “Tadi kita dapat masukan dari para dan nanti pada tahun depan kita akan mengundang seluruh unat Hindu Kaharingan yang ada di setiap kecamatan, tahun ini kita mengundang masyarakat keharingan yang dekat kota, tapi tahun depan kita akan mengundang masyarakat Hindu Kaharingan dari kecamatan yang jauh juga, dan saya berharap tahun depan kegiatan ini akan lebih meriah lagi,” akhirnya.

    Seperti diketahui, menurut penjelasan Kadisbudpar Kotim, Fajrurrahman membeberkan, kebanyakan orang hanya tahu kegiatan ini adalah agenda rutin pemkab saja. Padahal kegiatan ini ada aeti nya.

    Menurut Fajrur, arti dari Mampakanan Sahur adalah kelompok roh gaib yang mempunyai kekuatan dan kemampuan supranatural. Merupakan manifestasi dari kekuasaan Ranying Hattala Langit (Tuhan Yang Maha Esa) yang disebut Tumbang Sahur Bagarantung Langit Tundun Parapah Baratupang Hawun (Sahur Parapah). Artinya, kelompok ini ada di langit, di bumi dan di bawah bumi atau air.

    Dari sejumlah kekuatan itu masing-masing mempunyai nama di antaranya “Sahuwung Bulau” yang tinggal di langit, “Jata Kalang Labehu” dan “Naga Galang Petak” yang tingggal di air, serta “Temanggung Tungku Watu” dan “Kameloh Nyaring Bawin Kalasi” yang tinggal di bumi.

    Sementara itu, Mamapas Lewu merupakan manifestasi tatanan kehidupan masyarakat Dayak dalam berinteraksi dengan komunitas sesama, yang merupakan gambaran kehidupan Suku Dayak dalam menjalin persatuan dan kesatuan (Falsafah Rumah Betang).

    “Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan alam dan lingkungan hidup (Petak Danum) beserta segala isinya dari berbagai sengketa, marabahaya, sial wabah penyakit (Rutas Pali) dan sebagainya dari Kotim,” terangnya.

    (put/gra/beritasampit.co.id)