Serba-serbi Pemilu 2019: Anda Sopan, Kami Curiga Anda Caleg (3)

    “Idealnya, para caleg harus bisa membaca situasi di masyarakat. Janganlah mabuk dengan pencitraan bahkan terkesan lebay untuk meraih simpati

    Oleh: Ahmad Prianto Rifansyah

    KEMBALI dalam kesempatan ini saya mencoba untuk menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan, topiknya masih seperti pada Minggu sebelumnya yakni seputar bidang politik mengingat tidak lama lagi kita akan menggelar pesta demokrasi yakni Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) RI serta Pemilihan Legislatif (Pileg) pada tanggal 17 April 2019 nanti.

    Dalam kesempatan ini saya akan membahas khususnya tentang fenomena-fenomena yang sering terjadi menjelang Pileg. Pernah suatu ketika saya membaca sebuah postingan yang berisi meme bertuliskan “Anda Sopan, Kami Curiga Anda Pasti Caleg” begitulah kalimat tersebut menghiasi media sosial.

    Lantas apakah ada yang salah dengan kalimat tersebut? Tentu tidak, namun menurut saya ada sedikit sentilan secara tersirat yang ditujukan khususnya kepada para calon anggota legislatif (caleg) yang akan berkompetisi.

    Saya menerjemahkan bahwa kalimat tersebut merupakan pesan bahwa saat ini masyarakat seakan sudah bisa menebak kalau tiba-tiba ada seseorang yang tidak dikenal datang menyapa dengan sikap sopannya, bertanya kabar dan lain sebagainya dan ujung-ujungnya ngasih kartu nama atau stiker serta ajak pilihan dalam Pileg nanti.

    Sekali lagi saya katakan, tidak ada yang salah dengan pendekatan tersebut namun yang sangat disayangkan adalah sikap tersebut bisa dikatakan hanya bersifat musiman saja bagi. Biasanya hanya dilakukan sebelum Pileg saja oleh caleg tertentu, parahnya lagi ketika yang bersangkutan terpilih bahkan ada yang pura-pura lupa atau bersikap cuek bebek berbanding terbalik dengan sikapnya sebelum jadi anggota legislatif.

    Boro-boro bersilaturahmi kepada masyarakat seperti yang dilakukan menjelang Pileg, saat sudah terpilih giliran dikirim SMS atau WA aja sulitnya minta ampun sehingga disitulah kadang kita rasa bahwa sikap tersebut adalah salah satu kelemahan dari caleg-caleg yang sudah duduk di kursi legislatif.

    Belum lagi ada caleg yang berkoar-koar dengan berbagai janji-janji yang disampaikan saat kampanye, kadang dalam hati saya berpikir bahwa apakah janji tersebut bisa direalisasikan mengingat DPRD kabupaten/kota hingga DPR RI terdiri dari berbagai macam Partai dan tentu berbagai macam kepentingan. Kemudian dengan waktu satu periode yakni lima tahun tentu merealisasikan janji tidak semudah apa yang diucapkan.

    Idealnya para caleg harus bisa membaca situasi di masyarakat, selain itu janganlah sekali-kali mabuk dengan pencitraan bahkan parahnya terkesan lebay dalam upaya untuk meraih simpati. Toh juga masyarakat sudah kenyang dengan pengalaman Pileg dari waktu ke waktu, sehingga tidak mudah lagi bisa terbuai dengan hal tersebut.

    Terkait dengan pencitraan saya tak mau menjabarkan dengan contoh real karena takutnya dapat menyinggung individu atau partai tertentu, namun saya rasa masyarakat juga lebih tahu mana yang hanya pencitraan semata dan mana yang benar-benar mengabdi dan bekerja.

    Selain itu para caleg gak perlu banyak-banyak berjanji yang ujung-ujungnya tak dapat ditepati, cukup jalankan tugas pokok dan kewajiban saat menjadi anggota legislatif serta yang paling utama adalah tidak korupsi tentu masyarakat juga akan senang dan memberikan apresiasi. (*)

    Penulis : Wartawan beritasampit.co.id berdomisili di Kota Palangka Raya