Februari 2019 Kalteng Alami Inflasi Sebesar 0,18 Persen

    Editor: A Uga Gara

    PALANGKA RAYA – Provinsi Kalimantan Tengah mengalami Inflasi pada bulan Februari 2019 sebesar 0,18 persen, yang diikuti oleh laju inflasi tahun kalender (0,24 persen) dan inflasi tahun ke tahun (4,22 persen).

    Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Yomin Tofri dalam press release pada Jum’at (1/3/2019) di ruang pertemuan kantor setempat.

    “Dari 82 kota pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional, 13 kota mengalami inflasi dan 69 kota mengalami deflasi. lnflasi tertinggi terjadi di Tual (1,23 persen) dan deflasi tertinggi terjadi di Merauke (0,87 persen)” ucap Yomin.

    Sementara itu kota yang menjadi acuan untuk di Kalimantan Tengah yang mengalami inflasi di Palangka Raya sebesar 0,09 persen dan yang mengalami deflasi di Sampit sebesar 0,65 persen. Kedua kota tersebut menempati peringkat ke- 10 dan ke- 71 kota inflasi tertinggi di tingkat nasional.

    Inflasi di Palangka Raya terutama dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,47 persen) serta perumahan, air, listrik dan bahan bakar (0,32 persen).

    Sementara itu deflasi di Sampit terutama dipengaruhi oleh turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,66 persen) serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,50 persen).

    Komponen harga bergejolak (Volatile Foods) berperan penting terhadap melemahnya indeks harga di Sampit (0,47 persen) dan Palangka Raya (0,15 persen).

    Sementara itu komunitas utama pendorong terjadinya inflasi di Palangka Raya berasal dari angkutan udara (0,11 persen), jeruk (0,07 persen), pasir (0,03 persen), sewa rumah (0,03 persen) dan ikan baung (0,02 persen).

    Sedangkan deflasi yang terjadi di Sampit merupakan kontribusi dari komoditas daging ayam ras (0,26 persen), bawang merah (0,13 persen) dan bahan bakar rumah tangga (0,11 persen). Sementara itu, jasa angkutan udara yang berkontribusi terhadap terjadinya inflasi di Palangka Raya justru mempengaruhi terjadinya deflasi di Sampit (0,08 persen).

    (apr/beritasampit.co.id)