Kedua Capres Tidak Miliki Pengetahuan Tentang Ideologi Indonesia

    JAKARTA – Analis Komunikasi Politik, Dedi Kurnia Syah mengatakan statemen kedua capres Jokowi dan Prabowo dalam debat keempat dengan tema Pertahanan dan Keamanan, Ideologi, Pemerintahan, dan Hubungan Internasional sangat mengecewakan.

    Menurut Dedi, selain tidak memiliki benang merah tentang ideologi kebangsaan, kedua Capres 01 dan 02 di pilpres 2019 itu justru mengaburkan tema pertama dengan isu personal yang jauh dari relevan.

    “Kondisi ini jelas menjadi penanda kedua capres tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang ideologi Indonesia,” tutur Dedi kepada beritasampit.co.id di Jakarta, Minggu, (31/3/2019).

    Acara yang diselenggarakan KPU RI di Hotel Shangri-La Jakarta itu, kata Dedi, sebagai bukti bahwa ideologi tidak menjadi perhatian kedua capres sebagai landasan fundamental pembangunan manusia dan negara Indonesia ke depan.

    Dedi menjelaskan, di bidang pemerintahan, Capres petahana yang telah memerintah 4,5 tahun, terlihat tidak menguasai pemerintahan dengan tatakelola yang baik. Hal itu tentu disayangkan, karena Jokowi tidak mengemukakan apa yang telah ia lakukan selama ini dalam hal reformasi birokrasi.

    “Itu memungkinkan memang tidak ada reformasi sepanjang pemerintahannya. Ide membangun birokrasi berbasis digital terkesan “nonsense” karena tidak disertai penjelasan bagaimana mewujudkannya,” beber Dedi.

    Padahal, lanjutnya, layanan berbasis digital ini telah dimulai sejak pemerintahan SBY. Petahana seharusnya memiliki banyak dukungan data tentang tema pemerintahan.

    Dedi juga menilai Capres Prabowo Subianto yang tidak menawarkan gagasan pembanding yang lebih baik, bahkan mantan Danjen Kopassus itu tidak memiliki taktik membenahi birokrasi Indonesia yang ia kritik masih jauh dari ideal.

    Dedi bilang, tema Pertahanan dan Keamanan tidak jauh berbeda dengan tema sebelumnya, kedua capres malah menafsirkan pertahanan secara konfensional.

    “Kondisi itu, menggambarkan tidak ada visi pertahanan berjangka panjang. Meskipun petahana menyinggung soal pertahanan teknologi, tetap saja tidak dilanjutkan dengan penjelasan implementatif,” imbuh Dedi.

    Lebih lanjut, Dedi menuturkan bahwa kesadaran tentang pertahanan asymetris pun absen dari debat capres. Patut diduga kedua capres tidak menyiapkan materi debat dengan sungguh-sungguh. Hal ini tampak dari dialog yang berpusat pada soal senjata dan jumlah kekuatan berbasis fisik.

    Sementara, Hubungan internasionl masih dengan kehambaran, kedua capres tidak berhasil menawarkan gagasan baru yang menguatkan posisi Indonesia dalam aktifitas politik global. Statemen kedua capres dipenuhi dengan asumsi dan cenderung normatif.

    “Jadi, debat keempat mempertemukan Jokowi-Prabowo jauh dari kesan ideal, kedua capres sejak awal debat memulai dengan argumentasi datar dan umum. Apa yang diharapkan publik terkait gagasan berbasis kebijakan minim sekali mengemuka,” pungkas Dedi Kurnia Syah.

    (dis/beritasampit.co.id)