Bairawan, Tradisi Masak Puluhan Itik Khusus Lelaki Di Desa Sungai Batang Abulung

    Editor: A Uga Gara

    SUNGAI BATANG – Di Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel), tepatnya di desa Sungai Batang Abulung, Kecamatan Martapura Barat, mempunya kebiasaan menyambut 1 Syawal atau malam Lebaran. Namanya Bairawan.

    Warga setempat juga tidak mengetahui dengan pasti sejak kapan kebiasaan yang sudah menjadi tradisi setempat berawal. Karena hampir setiap tahunnya kebiasaan ini dilakukan seakan-akan menjadi tradisi yang menjadi kearifan lokal warga setempat.

    Tradisi itu berupa memasak puluhan ekor itik yang kemudian disantap bersama-sama warga kampung. “Satupun tidak ada wanita, semuanya dilakukan oleh laki-laki,” terang Masrani, warga Abulung yang dihubungi beritasampit.co.id, melalui pesan whatsapp, Rabu (5/6/2019).

    Masrani menerangkan, sejak sore hari para pria di kampung tersebut sudah mengumpulkan bahan, mulai bahan utama berupa puluhan ekor itik, bumbu, periuk besar, kayu bakar serta peralatan dapur.

    “Bisa dilakukan secara berkelompok, tapi sering dilakukan bersama-sama warga satu kampung,” katanya.

    Biasanya, dalam suatu perkampungan, semua warga berkumpul di halaman musholah. Bariawan dilakukan usai salat Isya atau usai warga mengikuti kegiatan takbiran keliling.

    Tanpa di komando, para lelaki di kampung ini membagi kelompok, ada yang bertugas menyembelih itik dan masak nasi dalam dandang ukuran besar atau penduduk setempat menyebutnya kawah, sebagian dari mereka juga mendapat tugas membuat bumbu.

    Untuk yang tidak kebagian tugas, mereka berkumpul sambil bercengkerama dengan yang lain, disisi lain ada mengumandangkan takbir di musholah. Jumlah itik yang disediakan juga bukan sedikit, bahkan mencapai 30 hingga 40 ekor.

    Tradisi ini bahkan sudah dinanti-nantikan oleh seluruh pria di kampung ini dan sudah berjalan puluhan tahun. “Semuanya pria, tidak ada wanita. Para wanita atau ibu-ibu ya dirumah aja istirahat atau menyiapkan panganan untuk lebaran besok,” imbuhnya.

    Setelah semuanya masak, lanjut Masrani, para pria ini berkumpul. Dipandu oleh tetua kampung mereka berdoa untuk keselamatan dan keberkahan selama menjalankan ibadah puasa ramadan.

    Darmansyah, warga Gambut, Kalsel, yang sudah menjadi bagian dari keluarga besar Desa Sungai Batang Abulung menceritakan, awalnya dirinya juga merasa tertarik dengan kebiasaan di kampung tersebut.

    Setelah beberapa tahun ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, akhirnya ada beberapa makna positif yang dapat dipetik dari rutinitas tahunan warga setempat. “Ini mungkin salah satu cara mempererat silahturahmi warga setempat,” ungkapnya.

    Menurutnya, kebanyakan dari penduduk setempat yang dulunya teman sepermainan bekerja diluar daerah, bahkan merantau keluar pulau.

    Karena jarang ketemu, maka dengan bairawan inilah silahturahmi itu kembali terjalin. Masing-masing dari mereka bertukar cerita tentang suka duka di perantauan atau mengenang masa-masa indah waktu dulu.

    Kenapa harus Itik menjadi menu utama ?, Hingga kini dirinya juga belum mengetahui alasannya. “Mungkin daging itik lebih difavoritkan dari ayam dan rasanya juga enak dan gurih,” ungkapnya.

    Yang berkesan dari kebiasaan Bairawan disini, tambah Darmansyah, semua dilakukan oleh laki-laki. “Tua, muda, anak-anak hingga orang dewasa semuanya ngumpul. Biasanya sampai menjelang subuh dan mempersiapkan diri untuk sholat Ied. Semoga kebiasaan Bariawan ini menjadi tradisi silahturahmi yang dapat terus dilestarikan sebagai identitas khasanah daerah,” harapnya.

    Hingga kini istilah Bairawan sendiri tidak begitu dikenal oleh khalayak ramai. Jika ditelusuri dalam mesin pencarian google, kata Bairawan berarti mandi.

    “Kalo Bairawan artinya mandi, mungkin maksudnya membersihkan diri dari segala khilaf dan salah melalui silahturahmi saat Idul Fitri,” tutupnya.

    (jun/beritasampit.co.id)