Kisah Fani, Bocah asal Gowa Berjuang Melawan Hidrosefalus di Kalteng (1)

BANTU - Ketua KKSS Kalimantan Tengah, Andi Bustan AP (kiri) saat menyerahkan bantuan kepada orang tua Fani

Tidak Dipinjamkanan Ambulance Perusahaan, Diantar Pakai Mobil Warga ke Rumah Sakit

FANI (7) hanya bisa terbaring lemas di Ruang Perawatan RSUD Doris Sylvanus Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Fani kini berjuang melawan penyakit Hidrosefalus yang menggrogotinya sejak beberapa bulan lalu.

Laporan: Akhiruddin

Suasana haru pecah di ruang perawatan Plamboyan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sabtu 5 Oktober 2019. Air mata tak terbendung dari kedua orang tua Fani ketika mendapatkan kuniungan dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kalimantan Tengah.

Suasana tambah haru, ketika Ketua KKSS Kalimantan Tengah, Andi Bustan AP menyerahkan bantuan kepada Fani. Air mata menetes tidak hanya dari orang tua Fani, tapi sejumlah pengurus KKSS Kalimantan Tengah yang hadir juga tidak sanggup menahan tangis.

Sesekali ucapan dukungan dan semangat untuk Fani terlontar dari mulut sejumlah pengurus KKSS Kalimantan Tengah. “Semangat yang nak Fani, semoga cepat sembuh dan bisa sekolah,” ucap salah satu pengurus KKSS dengan nada terbata-bata.

Fani kini memasuki bulan ketiga dalam berjuang melawan penyakit hydrosefalus yang menggrogoti kepalanya. Bocah yang harusnya sudah duduk di bangku kelas 1 SD ini, kini masih terbaring lemas di RSUD Doris Sylvanus.

Syamsuddin orang tua Fani kepada penulis mengaku kalau dirinya datang dari Gowa, Sulawesi Selatan ke Kalimantan Tengah sebagai buruh di salah satu perusahaan sawit di Kabupaten Kapuas. Belum sebulan kerja, tiba-tiba anaknya sakit panas dan kejang-kejang.

Syamsuddin kemudian mengantarnya ke klinik perusahaan. Namun karena penyakitnya harus dirujuk ke Rumah Sakit. Karena tidak punya biaya, akhirnya Syamsuddin meminta agar diantar menggunakan mobil ambulance milik klinik perusahaan.

Namun Syamsuddin harus mebayar sewa mobil dan jasa sopir, akhirnya mengurungkan niatnya untuk merawat Fani ke rumah sakit. “Saat itu saya sudab putus asa pak, karena saya juga tidak ada uang untik sewa mobil,” katanya.

Untungnya dalam perjalan dari klinik salah seorang warga menawarkan jasanya untuk mengantarnya ke rumah sakit secara gratis. “Saat saya jalan dari klinik, ada orang yang pakai sarung dan tidak pakai baju sedang cuci mobil pak, dia tanya saya mau kemana? Saya bilang saya mau ke rumah sakit tapi tidak ada biaya, langsung dia suruh saya naik ke mobil,” jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Akhirnya bantuan warga setempat, Fani bisa diantar sampai di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kapuas. “Kebetulan di kantong saya masih ada uang Rp 350 ribu. Saya mau bayar ke bapak itu tapi dia menolak,” jelasnya.

Di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, Fani sempat dirawat selama 24 hari. Namun karena pihak Rumah Sakit tidak mampu menanganinya, akhirnya dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus.

Di RSUD Doris Sylvanus, Fani menjalani operasi pengankatan cairan yang ada di kepalanya. “Untungnya pak pakai BPJS, tapi yang namanya di Rumah Sakit, biaya sehari-hari juga tetap ada,” katanya.

Ketua KKSS Kalimantan Tengan, Andi Bustan mengaku kalau bantuan tersebut merupakan sumbangan dari sejumlaj warga KKSS di Kalimantan Tengah. “Jumlahnya tidak seberapa, hanya Rp 11 juta lebih, tapi semoga bisa meringankn beban keluarga Fani,” katanya.

Puang Andi sapaan akrab Andi Bustan mengaku kalau bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian KKSS terhadap warga khusunya yang berasal dari Sulawesi Selatan. “Beliau (keluarga Fani-red) tidak punya keluarga sedarah disini. Maka yang menjadi keluarga terdekatnya adalah kami,” jelasnya.

Puang Andi juga meminta kepada orang tua Fani untuk tidak segan-segan menghubunginya jika membutuhkan bantuan. “Saya menitipkan nomor kontak saya, jadi kalau ada apa-apa silahkan menghubungi saya ya pak,” pinta Andi Bustan ke orang tua Fani. (din)