Nenek Mulia Bersyukur ‘Gubuknya’ Diperbaiki Kapolres Kotim

BERBINCANG DAN PELETAKAN BATU PERTAMA : IST/BS - Kapolres Kabupaten Kotawaringin Timur, AKBP Mohammad Rommel menggunakan baju (putih) saat berbincang dengan Nenek Mulia dan melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah.

Editor : Maulana Kawit

SAMPIT – Rumah seorang nenek bernama Mulia tidak layak huni di Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur mendapatkan perhatian dari Kapolres AKBP Mohammad Rommel, dan dirinya menginisiasi agar dilakukan bedah terhadap rumah tidak layak huni ini.

Lewat kunjungan yang ditemani oleh Muspika Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kapolres mengunjungi secara langsung hunian Nenek Mulia, lewat kedatangannya itu dirinya datang untuk peletakan batu pertama bedah rumah Nenek Mulia.

“Awalnya rumah tidak layak huni ini datang dari laporan Kapolsek Jaya Karya, saat kami langsung cek secara langsung kondisinya sangatlah memprihatinkan. Inisiasi bedah rumah ini alhamdulillah pihak Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan komunitas Solidaritas Masyarakat Samuda juga ikut bergabung,” jelas Kapolres Kotawaringin Timur AKBP Mohammad Rommel.

BACA JUGA:   Berkali-kali Dianggap Ingkar Janji, Masyarakat Lakukan Aksi Panen Massal Terus Bertambah

Dalam kunjungannya itu, Kapolres yang akrab disapa Rommel ini didampingi Wakapolres, Kompol Endro Aribowo, Kasat Reskrim AKP Ahmad Budi Martono, serta Kapolsek Jaya Karya Ipda Doohan.

Lewat kesempatan itu Rommel juga mengapresiasi kepedulian dari para warga untuk kehidupan Nenek Mulia. Hal itu terlihat dari animo warga yang berdatangan membantu nenek Mulia beserta dua orang anaknya dengan memberikan makanan.

Ditelisik lebih lanjut mengenai kondisi rumah yang di huni nenek Mulia, rumah itu berukuran sekitar 4×4 meter yang terletak di Jalan HM Kaspul Anwar. Dilihat dari jauh sekilas rumah itu tampak biasa saja karena dikelilingi oleh permukiman yang sangat layak.

BACA JUGA:   Dua Spesialis Curanmor di Sampit Dibekuk Polisi

Yang disebut rumah oleh nenek Mulia yang terlihat secara langsung adakah sebuah gubuk berkonstruksi kayu dengan kondisi mulai lapuk bahkan bangunan itu jauh dari kata layak untuk di tinggali.

Kata layak layak seakan menjauh, memprihatinkan, dan sangatlah memilukan. Gambaran kondisi rumah yang hanya berukuran 4×4 itu digunakan nenek Mulia untuk melakukan semua aktivitas hidup bersama dua orang anaknya.

Bahkan didalam rumah yang terlihat seperti gubuk itu nenek Mulia hanya menggunakan bagian kecil di pojok untuk beristirahat serta makan.

(im/beritasampit).