Ciptakan Inovasi Bertani Melalui SmartPhone, Mahasiswa asal Lamandau Raih Medali Emas di Singapura

Faza Abdurahman Fiddin

Editor: Akhiruddin

NANGA BULIK – Faza Abdurahman Fiddin (21), remaja yang berasal Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau ini Berhasil mendapatkan medali emas pada ajang Advanced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Tecnological University, Singapura pada 17 november 2019 lalu.

Ia mampu bersaing dengan ratusan peserta dari berbagai negara dengan inovasinya dalam menciptakan ‘Integrated Electrical Accelerator Plant Growth With Led Cultivation and Indigenous Microbial Fertilizers Controller Irrigation System on Smart Farming Technologi’. Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 15-17 November.

Faza Abdurahman Fiddin dan 4 orang temanya dari LSO HIPOTESA sebuah lembaga penalaran di Faculty of Agriculture and Animal Science, University of Muhammadiyah Malang, membuat inovasi di bidang pertanian berbasis teknologi industri 4.0 , dibawah bimbingan Erfan Dani Septia SP. MP. MS.C selaku dosen fakultas.

“Tujuannya untuk membuktikan pertanian dapat diterapkan berbasias teknologi industri 4.0 yang dituntut untuk digitalisasi semua bidang,” ucap pria kelahiran Pangkalan Bun, 12 februari 1998 ini.

Selain itu juga untuk menyediakan bahan pangan segar organik dengan pertumbuhan yang cepat. Karena jika pertanian manual , menanam sayur misalnya ,membutuhkan waktu sekitar 21 hari untuk panen, maka dengan alat ini cukup 12-14 hari sudah bisa panen.

BACA JUGA:   Ini Identitas dan Kronologis Perempuan Hamil yang Tewas Kecelakaan

“Kedepannya alat ini dapat membantu masyarakat urban untuk menyediakan makanan organik di rumahnya. Dengan tingkat aktifitas yang tinggi masyarakat urban, mereka tetap dapat bertani hanya dengan mengontrol menggunakan smartphone mereka . Bahkan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman menggunakan medan elektromagnetik dan bakteri sebagai pupuk penyedia nutrisi tanaman,” jelas putra pertama dari empat bersaudara pasangan Iswahyudianto dan Suprapti ini.

Ia beralasan pemilihan bidang ini dikarenakan, prospek pengambangan pertanian semakin terbuka lebar dengan terus meningkatnya kebutuhan pangan dunia, namun berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas dan bersih dari bahan kimia sebagai bahan pangan yang baik bagi kesehatan.

“Penerapan inovasi ini dapat digunakan dalam pertanian skala besar maupun kecil. Sehingga harapanya dengan adanya ide ini pertanian indonesia dalam menyediakan bahan pangan sehat dapat membuat kesejahteraan masyarakat indonesia dalam menjaga ketahanan pangan,” harap mahasiswa smester tujuh jurusan Agriteknologi , UMM.

Dijelaskannya bahwa alat prototaip yang di buat sekarang, menggunakan media tanam kokopit, serta sebuah alat yang terbuat dari akrilik yang menambah kesan futuristik dalam ruangan/rumah. Sistem pengairannya menggunakan metode irigasi tetes.

“Yang dapat dikontrol melalui smartphone merupakan iklimmikro tanaman. Mulai dari kelembaman dan temperatur sekitar tanaman, kebutuhan air, hingga intensitas cahaya,” ujarnya.

BACA JUGA:   GMKI Cabang Palangka Raya Akan Menjadi Inisiator Aksi Terkait Beasiswa TABE dan Siap Kumpulkan 13.113 Mahasiswa Penerima Beasiswa

Ini tentu kata Faza akan menjadi gaya hidup baru masyarakat urban, setelah sebelumnya banyak masyarakat yang mulai bertanam tanpa tanah dengan cara hidroponik. Melalui inovasi ini, bercocok tanam akan lebih mudah, menyenangkan, efesien waktu, tidak memerlukan pekarangan serta akan mendapatkan pangan organik yang sehat, karena bebas hama ,pestisida dan pupuk kimia.

“Walaupun kita sedang bepergian ,kita dapat tetap memantau pertumbuhan tanaman dari jarak jauh malalui gawai di tangan,” jelasnya.

“Produksi massal tentu bisa, kendala untuk pemasaran adalah akan bersaing dengan produk dari pertanian trandisional dan pemahaman keunggulan dari alat ini serta hasil dari produknya. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat kurang labih 500 ribu rupiah untuk 1 alat,” tambahnya.

Ia sendiri mengaku sudah senang dengan dunia pertanian sejak kecil karena sering di ajak kedua orangtuanya ke kebun. Menanam buah-buahan dan sayur mayur .

Sementara itu, Iswahyudianto , ayah kandungnya sendiri cukup dikenal sebagai petani tulen di kabupaten Lamandau. Bekerja sebagai pegawai negeri di Dinas Pertanian dan perikanan Kabupaten Lamandau, kesehariannya juga disibukkan dengan mengurusi lahan kebun buah dan sayurnya.

“Alhamdulillah, bersyukur. Memang minatnya untuk sekolah dipertanian kuat , semoga nantinya bisa memajukan pertanian di Indonesia,” harapnya.(rls)