Pilgub Kalteng 2020 Nampaknya Masih ‘Adem Ayem’, Ada Apa Yah…???

Opini : Maman Wiharja,-

JELANG PEMILIHAN Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang akan digelar bulan September 2020, nampaknya masih ‘adem ayem’ alias tidak ‘bising’ seperti tahun sebelumnya.

Pengamatan penulis, dulu satu tahun Menjelang Pilgub Kalteng, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), hembusan suara politik dari masing-masing parpol sudah ramai membicarakan siapa calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang harus diusungnya.

Namun sekarang suara politik masing-masing parpol di Kobar diam-diam. Pasalnya semua kembali parpolnya di Provinsi, akhirnya suara mereka ‘diam seribu bahasa’. Justru yang ‘nyaring’ bukan lagi suara para elit politik melainkan suara rakyat.

Seperti pantauan penulis, masyarakat Kobar waktu itu banyak yang berbisik mengatakan, Ujang Iskandar maju jadi Calon Gubernur, kemudian Sugianto juga sama jadi Calon Gubernur, pasti nanti saat kampanyenya bakal seru.

Serunya, kedua kandidat Ujang Iskandar dan Sugianto sebelumnya sudah bertanding politik saat Pilkada Bupati Kotawaringin Barat. Dan yang menang Ujang Iskandar jadi Bupati Kobar. Jadi wajarlah kalau Ujang Iskandar dan Sugianto di tahun 2015 sama-sama mencalonkan Gubernur, kemudian disambut tegang masyarakat.

BACA JUGA:   Baru Dua Bulan Bertugas, Jumlah Kegiatan Kapolres Kobar AKBP Yusfandi Usman Mencapai Record Tertinggi

Nah sekarang, pada jelang Pilgub Kalteng 2020 nampaknya ‘adem ayem’, karena penulis belum berhasil menemui Ujang Iskandar menanyakan apakah maju kembali?.

Yang jelas pengamatan penulis, calon yang berpeluang menang terpilih oleh rakyat Kalteng, adalah calon yang ‘bermadu’. Seperti Pasangan Calon Bupati, Gubernur, Presiden, kalau belum terpilih bak sepasang ‘Bunga’ yang sedang mekar harum semerbak.

Apalagi bunganya sangat harum semerbak dan banyak madunya, maka tak ayal lagi Kumbang dan Kupu-kupu pun akan berdatangan, untuk mencium harum dan menyedot madunya.

Sama juga lah pasangan Calon Bupati, Gubernur, Presiden yang semuanya sama seperti ‘Bunga’ yang sedang mekar bau harum apalagi banyak madunya, pasti akan banyak pengikutnya.

BACA JUGA:   Bukan Hanya Ada  di Cirebon, Musik Obrog-Obrog Pembangun Sahur Ternyata Juga Ada di Kota Kumai, Kotawaringin Barat

Tapi disaat munculnya alat komunikasi bentuk HP, yang saat ini disebut jaman milenial ini, pesta demokrasi di pagelaran Pemilu Kada Bupati, Gubernur,Presiden, sudah tidak murni lagi benar-benar suara rakyat.

Saat ini ‘demokrasi’ sudah bisa di program untuk dikemas, bahkan dijual kepada mereka yang membutuhkan ‘kekuasaan’. Apa sebab ? karena rakyat Indonesia masih banyak yang ‘melarat’/miskin.

Jujur saja sejumlah pengamat, banyak berbicara di telivisi konon di semua daerah di Indonesia, kini masyarakatnya, masih banyak yang jadi ‘penonton’ melihat ribuan perusahaan besar swasta (PBS) asing yang mengeruk keuntungan dari kesuburan tanahnya.

Nah kalau gitu penulis punya prediksi kalau rakyat Indonesia semuanya sudah hidup makmur dan kaya, maka pondasi demokrasi akan semakin kuat dan kokoh kokoh. Karena kata Presiden India Nehru, kemiskinan bisa memicu konflik SARA dan perang sudara.

(Maman Wiharja).